Gandeng India, Indika Garap Proyek PLTS Rp7 Triliun
Senin, 15 Maret 2021 - 20:56 WIB
JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Indika Energy Tbk melakukan ekspansi bisnis. Terbaru, emiten berkode saham INDY itu menggandeng mitra strategis asal India, Fourth Partner Energy, membentuk perusahaan patungan untuk menggarap bisnis panel surya atau PLTS , dengan nama PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya atau EMITS.Transformasi itu antara lain direalisasikan dalam bentuk kerjasama PT Indika Energy Tbk dan Fourth Partner Energy (4PEL) untuk menggarap bisnis tenaga surya di Indonesia.
Direktur Utama Indika Energy, Arsjad Rasjid mengataka EMITS akan menggabungkan kompetensi Fourth Partner Energy dalam membangun dan mengoperasikan lebih dari 550 MW pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di India dan sejumlah negara lainnya, dengan kemampuan engineering kelas dunia dan pengalaman Indika Energy dalam menghadirkan solusi energi terbaik untuk masyarakat Indonesia. "Dengan estimasi kurs Rp14.000 per dolar AS, nilai investasi EMITS setara dengan Rp7 triliun," kata Arsjad di Jakarta, Senin (15/3/2021).
Menurut Arsjad Rasjid, kerja sama dengan Fourth Partner Energy juga merupakan wujud komitmen perusahan dalam mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target bauran Eenergi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025.
Suka tidak suka, Menurut Arsjad, saat ini Indonesia masih bertumpu pada gas dan batubara. Namun tidak ada kata terlambat untuk beralih ke energi terbarukan. Selain solar energy, hutan tanaman energi juga menjadi obsesi bisnis kelompok usaha Indika. "Memang take time. Tapi harus dimulai, supaya mengurangi ketergantungan terhadap batubara," tuturnya.
Menurut Arsjad, program pengembangan bioenergi berbasis hutan energi merupakan upaya pencadangan kawasan hutan produksi yang khusus diperuntukan untuk pembangunan hutan energi sebagai sumber bahan baku bio energi. Indonesia memiliki banyak pohon yang bisa dijadikan sumber bahan baku bio energi.
Calon Ketua Umum Kadin Periode 2021 – 2026 ini berbagi kiat sukses. Menurutnya, bisnis itu harus memikirkan social impact. Dia lebih suka menyebutnya sustainability program daripada Corporate Social Responsibility (CSR). Prinsipnya, semaksimal mungkin memanfaatkan sumber daya lokal.
"Kita beli baju seragam kerja dari home industry setempat. Makanan karyawan pun beli dari penduduk setempat, ukm tumbuh, dan mereka menjadi bagian dari Indika,"jelasnya.
Lanjutnya, kons ep ekonomi Indonesia adalah ekonomi gotong royong. Konsep bisnis yang mengedepankan sosial enterprise. "Misalnya, buat perusahaan, sekaligus mendirikan Yayasan,” ujarnya.
Menurut lulusan Pepperdine University, Malibu California, Amerika Serikat (AS) ini, gagasan besar social enterprise diimplementasikan menjadi Indika Foundation. Sebuah institusi wirausaha sosial yang memperjuangkan toleransi, pemberdayaan kaum muda dan dialog antaragama. Di lembaga ini berkumpul individu-individu yang berpikiran maju dan tergerak untuk mengeksplorasi ide-ide untuk menjadikan Indonesia lebih baik. "Ke depan kata Energy dalam brand Indika Energy, bermakna energi untuk Indonesia," pungkasnya.
Direktur Utama Indika Energy, Arsjad Rasjid mengataka EMITS akan menggabungkan kompetensi Fourth Partner Energy dalam membangun dan mengoperasikan lebih dari 550 MW pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di India dan sejumlah negara lainnya, dengan kemampuan engineering kelas dunia dan pengalaman Indika Energy dalam menghadirkan solusi energi terbaik untuk masyarakat Indonesia. "Dengan estimasi kurs Rp14.000 per dolar AS, nilai investasi EMITS setara dengan Rp7 triliun," kata Arsjad di Jakarta, Senin (15/3/2021).
Menurut Arsjad Rasjid, kerja sama dengan Fourth Partner Energy juga merupakan wujud komitmen perusahan dalam mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target bauran Eenergi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada tahun 2025.
Suka tidak suka, Menurut Arsjad, saat ini Indonesia masih bertumpu pada gas dan batubara. Namun tidak ada kata terlambat untuk beralih ke energi terbarukan. Selain solar energy, hutan tanaman energi juga menjadi obsesi bisnis kelompok usaha Indika. "Memang take time. Tapi harus dimulai, supaya mengurangi ketergantungan terhadap batubara," tuturnya.
Menurut Arsjad, program pengembangan bioenergi berbasis hutan energi merupakan upaya pencadangan kawasan hutan produksi yang khusus diperuntukan untuk pembangunan hutan energi sebagai sumber bahan baku bio energi. Indonesia memiliki banyak pohon yang bisa dijadikan sumber bahan baku bio energi.
Calon Ketua Umum Kadin Periode 2021 – 2026 ini berbagi kiat sukses. Menurutnya, bisnis itu harus memikirkan social impact. Dia lebih suka menyebutnya sustainability program daripada Corporate Social Responsibility (CSR). Prinsipnya, semaksimal mungkin memanfaatkan sumber daya lokal.
"Kita beli baju seragam kerja dari home industry setempat. Makanan karyawan pun beli dari penduduk setempat, ukm tumbuh, dan mereka menjadi bagian dari Indika,"jelasnya.
Lanjutnya, kons ep ekonomi Indonesia adalah ekonomi gotong royong. Konsep bisnis yang mengedepankan sosial enterprise. "Misalnya, buat perusahaan, sekaligus mendirikan Yayasan,” ujarnya.
Menurut lulusan Pepperdine University, Malibu California, Amerika Serikat (AS) ini, gagasan besar social enterprise diimplementasikan menjadi Indika Foundation. Sebuah institusi wirausaha sosial yang memperjuangkan toleransi, pemberdayaan kaum muda dan dialog antaragama. Di lembaga ini berkumpul individu-individu yang berpikiran maju dan tergerak untuk mengeksplorasi ide-ide untuk menjadikan Indonesia lebih baik. "Ke depan kata Energy dalam brand Indika Energy, bermakna energi untuk Indonesia," pungkasnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda