Menkop Teten Yakin Indonesia Bakal Jadi Pusat Mode Muslim Dunia
Kamis, 18 Maret 2021 - 19:11 WIB
JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan bahwa Indonesia punya potensi menjadi pusat mode muslim terbesar yang diakui dunia. Namun, perlu promosi terpadu secara konsisten dari dalam dan luar negeri.
Teten juga menggarisbawahi pentingnya Indonesian Fashion Chamber (IFC) mengambil peran sebagai agregator dan enabler yang mendampingi para pelaku UKM di sektor produksi pakaian. ( Baca juga:Program PEN Bagi Koperasi dan UMKM Segera Digulirkan )
"Termasuk menghubungkan dengan produsen bahan baku lokal berkualitas (misal viscose rayon), meningkatkan kualitas produknya dengan standar global, akses pembiayaan yang mudah dan murah, sampai dengan mempertemukan dengan pasar," paparnya pada acara pembukaan Muslim Fashion Festival (Muffest) 2021 bertema Recover for Fashion, di Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (18/3/2021).
Bagi pemerintah, lanjut Teten, ajang ini sebagai sebuah kegiatan yang menjadi lokomotif pegerakan dan perkembangan industri fesyen muslim Indonesia. Terlebih lagi, dilansir dari Global Islamic Economy Indikator, fesyen muslim atau modest fashion merupakan salah satu keunggulan Indonesia dengan poin indikator sebesar 34.26, jauh mengungguli rata-rata global di 17.55.
"Indonesia saat ini berpotensi menjadi pemimpin klasemen untuk kategori ini dan itu tentu tidak lepas dari kontribusi Muffest, Indonesia Fashion Chambers, dan seluruh perancang, pengusaha, serta stakeholder mode di seluruh Indonesia," jelas Teten.
Tahun lalu, di tengah terpaan pandemi Covid-19 secara global, nilai belanja produk pakaian muslim ikut terdampak dan turun 2,9% menjadi USD268 juta atau senilai Rp3,9 triliun. Namun, angka ini diprediksi pulih di 2021 dan terus tumbuh hingga 2024 yang diprediksi mencapai USD311 juta atau Rp4,5 triliun.
"Saya kira ini menjadi undangan untuk kita semua dapat mengoptimalkan tren baik ini," imbuh Teten.
Dia berharap, pameran secara hybrid ini tidak hanya memberi kesempatan pelaku kreatif untuk mempresentasikan karya mereka melalui fashion show, dan mengembangkan sisi bisnis dengan konsep branding, promosi dan penjualan. Namun, pameran ini juga harus mengajak pelaku dan konsumen untuk lebih mempunyai tanggung jawab melalui konsep sustainable dan kecintaan akan produk lokal.
"Hal ini juga sejalan dengan pencanangan Wakil Presiden Republik Indonesia KH Ma'ruf Amin bahwa Indonesia menjadi produsen produk halal terbesar di dunia pada 2024, dan dimulai dengan fesyen muslim (dan modest wear)," tandas Teten. ( Baca juga:Iklim Semakin Ekstrim, Ini 3 Cara Menjaga Kesehatan Dalam Syariat )
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh menjelaskan, Muffest 2021 dengan tema Recovery For Fashion, yang pertama kalinya secara hybrid ini, dilaksanakan di lima kota besar di Indonesia. Masing-masing Jakarta, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
“Ini merupakan semangat baru di industri fesyen, khususnya busana Muslim," ucap Hendra.
Teten juga menggarisbawahi pentingnya Indonesian Fashion Chamber (IFC) mengambil peran sebagai agregator dan enabler yang mendampingi para pelaku UKM di sektor produksi pakaian. ( Baca juga:Program PEN Bagi Koperasi dan UMKM Segera Digulirkan )
"Termasuk menghubungkan dengan produsen bahan baku lokal berkualitas (misal viscose rayon), meningkatkan kualitas produknya dengan standar global, akses pembiayaan yang mudah dan murah, sampai dengan mempertemukan dengan pasar," paparnya pada acara pembukaan Muslim Fashion Festival (Muffest) 2021 bertema Recover for Fashion, di Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (18/3/2021).
Bagi pemerintah, lanjut Teten, ajang ini sebagai sebuah kegiatan yang menjadi lokomotif pegerakan dan perkembangan industri fesyen muslim Indonesia. Terlebih lagi, dilansir dari Global Islamic Economy Indikator, fesyen muslim atau modest fashion merupakan salah satu keunggulan Indonesia dengan poin indikator sebesar 34.26, jauh mengungguli rata-rata global di 17.55.
"Indonesia saat ini berpotensi menjadi pemimpin klasemen untuk kategori ini dan itu tentu tidak lepas dari kontribusi Muffest, Indonesia Fashion Chambers, dan seluruh perancang, pengusaha, serta stakeholder mode di seluruh Indonesia," jelas Teten.
Tahun lalu, di tengah terpaan pandemi Covid-19 secara global, nilai belanja produk pakaian muslim ikut terdampak dan turun 2,9% menjadi USD268 juta atau senilai Rp3,9 triliun. Namun, angka ini diprediksi pulih di 2021 dan terus tumbuh hingga 2024 yang diprediksi mencapai USD311 juta atau Rp4,5 triliun.
"Saya kira ini menjadi undangan untuk kita semua dapat mengoptimalkan tren baik ini," imbuh Teten.
Dia berharap, pameran secara hybrid ini tidak hanya memberi kesempatan pelaku kreatif untuk mempresentasikan karya mereka melalui fashion show, dan mengembangkan sisi bisnis dengan konsep branding, promosi dan penjualan. Namun, pameran ini juga harus mengajak pelaku dan konsumen untuk lebih mempunyai tanggung jawab melalui konsep sustainable dan kecintaan akan produk lokal.
"Hal ini juga sejalan dengan pencanangan Wakil Presiden Republik Indonesia KH Ma'ruf Amin bahwa Indonesia menjadi produsen produk halal terbesar di dunia pada 2024, dan dimulai dengan fesyen muslim (dan modest wear)," tandas Teten. ( Baca juga:Iklim Semakin Ekstrim, Ini 3 Cara Menjaga Kesehatan Dalam Syariat )
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh menjelaskan, Muffest 2021 dengan tema Recovery For Fashion, yang pertama kalinya secara hybrid ini, dilaksanakan di lima kota besar di Indonesia. Masing-masing Jakarta, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
“Ini merupakan semangat baru di industri fesyen, khususnya busana Muslim," ucap Hendra.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda