Harga Minyak Mentah Merosot Makin Dalam Saat Eropa Kembali Lockdown
Jum'at, 19 Maret 2021 - 11:01 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah dunia jatuh semakin dalam pada perdagangan, Jumat (19/3/2021) untuk memperpanjang tren pelemahan hari keenam seiring gelombang baru kasus infeksi Covid-19 di seluruh Eropa. Hal itu berujung pada kembalinya kebijakan Lockdown dan meredam harapan adanya pemulihan permintaan bahan bakar dalam waktu dekat.
Seperti dilansir Reuters, harga minyak terjun paling dalam pada hari Kamis, kemarin terhitung sejak musim panas lalu. Dimana harga minyak turun hampir 10% pekan ini dengan kenyataan bahwa pandemi belum berakhir, bahkan jika kasus infeksi di AS mulai berkurang.
Harga minyak mentah AS jatuh di bawah USD60 lagi dan diperdagangkan pada posisi USD59.97 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent melemah 1 sen ke level USD63.27/barel.
Beberapa negara besar Eropa telah kembali lockdown karena infeksi baru meningkat lagi, sementara program vaksinasi lambat karena kekhawatiran tentang efek samping dari vaksin AstraZeneca, yang sedang didistribusikan secara luas di Eropa.
"Kekhawatiran permintaan terkait dengan peluncuran vaksin di Eropa dan bagian lain di dunia telah menekan harga," kata Vivek Dhar, direktur, penelitian komoditas pertambangan dan energi, di Commonwealth Bank of Australia.
Meningkatnya infeksi di Brasil juga membebani pasar, katanya. Meningkatnya kasus COVID-19, khususnya di Brasil, juga membebani prospek permintaan, dan dolar AS yang lebih kuat menekan harga minyak.
Seperti dilansir Reuters, harga minyak terjun paling dalam pada hari Kamis, kemarin terhitung sejak musim panas lalu. Dimana harga minyak turun hampir 10% pekan ini dengan kenyataan bahwa pandemi belum berakhir, bahkan jika kasus infeksi di AS mulai berkurang.
Harga minyak mentah AS jatuh di bawah USD60 lagi dan diperdagangkan pada posisi USD59.97 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent melemah 1 sen ke level USD63.27/barel.
Beberapa negara besar Eropa telah kembali lockdown karena infeksi baru meningkat lagi, sementara program vaksinasi lambat karena kekhawatiran tentang efek samping dari vaksin AstraZeneca, yang sedang didistribusikan secara luas di Eropa.
"Kekhawatiran permintaan terkait dengan peluncuran vaksin di Eropa dan bagian lain di dunia telah menekan harga," kata Vivek Dhar, direktur, penelitian komoditas pertambangan dan energi, di Commonwealth Bank of Australia.
Meningkatnya infeksi di Brasil juga membebani pasar, katanya. Meningkatnya kasus COVID-19, khususnya di Brasil, juga membebani prospek permintaan, dan dolar AS yang lebih kuat menekan harga minyak.
(akr)
tulis komentar anda