Kecintaan Masyarakat Morotai kepada Rupiah Bikin BI Khawatir
Senin, 22 Maret 2021 - 18:22 WIB
JAKARTA - Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Marlison Hakim mengakui sangat banyak tantangan dalam menjaga ketersediaan uang kartal rupiah di seluruh pelosok NKRI. Salah satunya adalah money laundry yang dilakukan masyarakat di kawasan Pulau Morotai yang berbatasan dengan Filipina. ( Baca juga:Belajar dari Tragedi Sipadan Ligitan, Milenial Harus Cinta Rupiah )
"Ada masyarakat di sekitar Pulau Morotai yang menjaga kebersihan uang fisik rupiah dengan mencuci, merendam, dan menjemurnya. Inilah money laundry harfiah. Karena pulaunya sangat terpencil sehingga pengedaran uang juga sulit dilakukan. Tapi ini bukti cinta mereka menjaga rupiah," kata Marlison dalam talkshow Bangga Rupiah yang diadakan Bank Indonesia di Jakarta (22/3/2021).
Dia juga mengatakan dalam pengedaran uang rupiah, ada tantangan geografis infrastruktur yang terbatas dan tidak seragam di seluruh wilayah. Pengaruhnya tentu pada jangkauan layanan. Namun pihaknya tetap semangat menjamin rupiah ke seluruh NKRI, khususnya wilayah 3T. Di sana rupiah harus hadir.
Selain itu juga beragam tingkat pendidikan masyarakat membuat perbedaan perilaku dalam perlakuan uang. Sering kali juga memengaruhi tingkat uang tidak layak edar menjadi cukup besar. Penyebabnya banyak uang rusak dan lusuh akibat dilipat, distaples, dilubangi, bahkan mencoretnya. ( Baca juga:Dagangan Diinjak Petugas, Ratusan Pedagang dan Nelayan Mengamuk di TPI Lampulo Aceh )
"Perilaku masyarakat kita ini yang membuat semakin banyak uang tidak layak edar. Padahal kedaulatan negara kita ada di sana," katanya.
Perhatian lainnya juga pada destinasi wisata. Di tengah gerakan non-tunai dan digitalisasi pembayaran, pasokan uang tunai harus dalam kondisi baik dan berkualitas. "Destinasi wisata harus terjaga pasokan rupiahnya," katanya.
"Ada masyarakat di sekitar Pulau Morotai yang menjaga kebersihan uang fisik rupiah dengan mencuci, merendam, dan menjemurnya. Inilah money laundry harfiah. Karena pulaunya sangat terpencil sehingga pengedaran uang juga sulit dilakukan. Tapi ini bukti cinta mereka menjaga rupiah," kata Marlison dalam talkshow Bangga Rupiah yang diadakan Bank Indonesia di Jakarta (22/3/2021).
Dia juga mengatakan dalam pengedaran uang rupiah, ada tantangan geografis infrastruktur yang terbatas dan tidak seragam di seluruh wilayah. Pengaruhnya tentu pada jangkauan layanan. Namun pihaknya tetap semangat menjamin rupiah ke seluruh NKRI, khususnya wilayah 3T. Di sana rupiah harus hadir.
Selain itu juga beragam tingkat pendidikan masyarakat membuat perbedaan perilaku dalam perlakuan uang. Sering kali juga memengaruhi tingkat uang tidak layak edar menjadi cukup besar. Penyebabnya banyak uang rusak dan lusuh akibat dilipat, distaples, dilubangi, bahkan mencoretnya. ( Baca juga:Dagangan Diinjak Petugas, Ratusan Pedagang dan Nelayan Mengamuk di TPI Lampulo Aceh )
"Perilaku masyarakat kita ini yang membuat semakin banyak uang tidak layak edar. Padahal kedaulatan negara kita ada di sana," katanya.
Perhatian lainnya juga pada destinasi wisata. Di tengah gerakan non-tunai dan digitalisasi pembayaran, pasokan uang tunai harus dalam kondisi baik dan berkualitas. "Destinasi wisata harus terjaga pasokan rupiahnya," katanya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda