Rupiah Kembali Keok Melawan Dolar AS, Ini Biang Keroknya
Rabu, 31 Maret 2021 - 17:13 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup melemah pada perdagangan hari ini. Kurs Rupiah ditutup menyusut 45 poin sehingga terparkir di level Rp14.525 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, bahwa salah satu persoalan yang membayangi negara-negara pasca pandemi covid-19 adalah negara maju seperti AS yang menggelontorkan dana stimulus tak terbatas.
"Dari USD1,9 Triliun sampai ada rencana terbaru USD3 sampai 4 Triliun untuk infrastruktur, yang mengakibatkan ekonomi AS membaik lebih cepat dari ekspektasi para analis," katanya dalam riset hariannya, Rabu (31/3/2021).
Dengan membaiknya ekonomi AS, berdampak terhadap naiknya inflasi dan yield obligasi AS tenor 10 tahun. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap perekonomian negara-negara berkembang salah satunya Indonesia.
Ia mengatakan, Bank Indonesia (BI) sampai saat ini terus membantu dan mengendalikan gejolak mata uang rupiah akibat pandemi covid-19. Dengan strategi bauran ekonomi, bisa mengendalikan gejolak pertumbuhan dan stagnasi ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi kembali membaik walaupun tidak seperti yang diharapkan.
"Ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemangku abdi negara agar bisa berfikir secara logis dan mencari solusi agar masalah pandemi covid-19 bisa terselesaikan dengan memvaksinasi keseluruhan masyarakat Indonesia," terangnya
Selain itu, tingginya permintaan valas korporasi. Jelang akhir kuartal, kebutuhan valuta asing (valas) memang tinggi karena ada kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya. "Rupiah jadi banyak dilepas untuk ditukar dengan valas, utamanya dolar AS. Faktor musiman ini yang membuat rupiah melemah," ujarnya
Sedangkan untuk perdagangan Kamis, ia memprediksi mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi. Namun ditutup melemah di rentang Rp.14.530-Rp.14.590 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, bahwa salah satu persoalan yang membayangi negara-negara pasca pandemi covid-19 adalah negara maju seperti AS yang menggelontorkan dana stimulus tak terbatas.
"Dari USD1,9 Triliun sampai ada rencana terbaru USD3 sampai 4 Triliun untuk infrastruktur, yang mengakibatkan ekonomi AS membaik lebih cepat dari ekspektasi para analis," katanya dalam riset hariannya, Rabu (31/3/2021).
Dengan membaiknya ekonomi AS, berdampak terhadap naiknya inflasi dan yield obligasi AS tenor 10 tahun. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap perekonomian negara-negara berkembang salah satunya Indonesia.
Ia mengatakan, Bank Indonesia (BI) sampai saat ini terus membantu dan mengendalikan gejolak mata uang rupiah akibat pandemi covid-19. Dengan strategi bauran ekonomi, bisa mengendalikan gejolak pertumbuhan dan stagnasi ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi kembali membaik walaupun tidak seperti yang diharapkan.
"Ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemangku abdi negara agar bisa berfikir secara logis dan mencari solusi agar masalah pandemi covid-19 bisa terselesaikan dengan memvaksinasi keseluruhan masyarakat Indonesia," terangnya
Selain itu, tingginya permintaan valas korporasi. Jelang akhir kuartal, kebutuhan valuta asing (valas) memang tinggi karena ada kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya. "Rupiah jadi banyak dilepas untuk ditukar dengan valas, utamanya dolar AS. Faktor musiman ini yang membuat rupiah melemah," ujarnya
Sedangkan untuk perdagangan Kamis, ia memprediksi mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi. Namun ditutup melemah di rentang Rp.14.530-Rp.14.590 per USD.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda