Banyak Miliarder Berbondong-bondong Ingin Tinggalkan India

Kamis, 15 April 2021 - 10:14 WIB
Baru-baru ini, sebuah laporan Global Wealth Migration Review mengungkapkan bahwa hampir 5.000 miliarder, atau setara 2% dari jumlah total individu yang memiliki kekayaan besaar di India meninggalkan negara itu pada tahun 2020 saja.

Lalu orang India menduduki puncak daftar yang disusun oleh penasihat kewarganegaraan dan tempat tinggal global yang berkantor pusat di London, yakni Henley & Partners (H&P). Dalam catatan mereka, orang India berada di posisi teratas yang mencari kewarganegaraan atau tempat tinggal di negara lain sebagai imbalan atas investasi.

Covid-19 telah menjadi pendorong besar dari apa yang merupakan tren berkelanjutan dari orang-orang kaya India yang berusaha untuk "menduniakan kehidupan dan aset mereka" menurut H&P. Sedemikian banyak peminatnya sehingga perusahaan mendirikan kantornya di India di tengah lockdown tahun lalu untuk memenuhi permintaan yang meningkat.

"Saya pikir mereka (klien) menyadari bahwa mereka tidak ingin menunggu gelombang kedua atau ketiga pandemi. Mereka ingin memiliki surat-surat mereka sekarang, saat mereka duduk di rumah. Kami menyebutnya sebagai polis asuransi atau Rencana B," ujar Dominic Volek, Group Head of Private di Henley & Partners kepada BBC melalui panggilan video dari Dubai.



Menurut Volek, pandemi bisa menjadi pengubah permainan, karena itu membuat orang kaya berpikir tentang migrasi dengan cara yang lebih holistik. Ini bukan lagi hanya tentang perjalanan bebas visa, atau kemudahan akses ke pasar global, tetapi tentang diversifikasi kekayaan, perawatan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, untuk melindungi dari ketidakpastian yang dibawa oleh pandemi.

Negara-negara seperti Portugal, yang menjalankan program 'visa emas' serta negara-negara seperti Malta dan Siprus menjadi tujuan yang lebih disukai oleh orang kaya India menurut H&P.

Eksodus uang dalam jumlah besar diyakini tidak permanen, orang hanya menginvestasikan uang di negara lain sebagai pilihan. Tapi itu tidak menjadi pertanda baik bagi negara berkembang seperti India, kata para ahli.
(akr)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More