Terdepresiasi 3,42 Persen, Rupiah Lebih Lesu dari Baht Thailand
Rabu, 21 April 2021 - 08:42 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus menjaga pergerakan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah pada April 2021 (per 19 April) mencatat depresiasi 1,16% secara rerata dan 0,15% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Maret 2021.
"Perkembangan nilai tukar rupiah tersebut seiring dengan masih berlangsungnya ketidakpastian pasar keuangan yang kemudian menahan aliran masuk investasi portofolio asing ke pasar keuangan domestik," kata Perry dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (21/4/2021).
Dengan perkembangan ini, rupiah sampai dengan 19 April 2021 mencatat depresiasi sekitar 3,42% (year-to-date/ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020. Ini relatif lebih rendah dibanding sejumlah negara berkembang lain seperti Brazil, Turki, dan Thailand.
"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," katanya.
Sementara itu, inflasi tetap rendah sejalan permintaan yang belum kuat dan pasokan yang memadai. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,08% (mtm) atau 1,37% (yoy).
Inflasi inti tetap rendah sejalan dengan pengaruh permintaan domestik yang belum kuat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi pada kisaran target. "Inflasi kelompok volatile food tetap terkendali meski meningkat seiring faktor cuaca," tandasnya.
"Perkembangan nilai tukar rupiah tersebut seiring dengan masih berlangsungnya ketidakpastian pasar keuangan yang kemudian menahan aliran masuk investasi portofolio asing ke pasar keuangan domestik," kata Perry dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (21/4/2021).
Dengan perkembangan ini, rupiah sampai dengan 19 April 2021 mencatat depresiasi sekitar 3,42% (year-to-date/ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020. Ini relatif lebih rendah dibanding sejumlah negara berkembang lain seperti Brazil, Turki, dan Thailand.
"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," katanya.
Sementara itu, inflasi tetap rendah sejalan permintaan yang belum kuat dan pasokan yang memadai. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,08% (mtm) atau 1,37% (yoy).
Inflasi inti tetap rendah sejalan dengan pengaruh permintaan domestik yang belum kuat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi pada kisaran target. "Inflasi kelompok volatile food tetap terkendali meski meningkat seiring faktor cuaca," tandasnya.
(ind)
tulis komentar anda