Pengembara Digital Bisa Santai Tapi Produktif di Lavaya Residence
Kamis, 06 Mei 2021 - 21:14 WIB
BALI - Perkembangan teknologi informasi ikut memengaruhi gaya hidup para pekerja di Indonesia. Bekerja di luar kantor kini menjadi tren dan sangat diminati para pekerja milenial di Indonesia, terlebih saat kondisi Pandemi Covid-19.
Riset Vmware MeConomy 2019 mencatat ada dinamika perubahan new workplace (tempat kerja baru) seiring bergantinya profil pekerja dari seorang baby boomer ke seorang milenial. Tren yang kini marak di seluruh dunia itu disebut digital nomaden atau disingkat digital nomad (pengembara digital).
Masyarakat yang semula harus bekerja di kantor menjadi bebas, tanpa terbatas ruang dan waktu. Tren digital nomad dinilai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno sangat mungkin diterapkan di Bali.
Hal itu karena Pulau Dewata memiliki keindahan alam dilengkapi dengan infrastruktur telekomunikasi mumpuni. Sejalan dengan hal itu, pemerintah meluncurkan program Work from Bali (WFB) , yakni aktivitas workcation atau “bekerja dari Bali”.
Dimana hal itu mengakomodir para pekerja milenial agar tetap bisa mengendalikan pekerjaan dan bisnis dari jarak jauh meskipun sedang dalam liburan. Mereka bekerja sambil liburan. Memanfaatkan ruang-ruang kerja bersama. Di mana saja, bebas.
Para pengembara digital memilih lokasi bekerja secara sporadis sesuai vibes yang disukai dengan memanfaatkan teknologi digital nirkabel. Mereka yang rerata adalah para millenial itu mudah didapati di sejumlah co-working space yang berada di resto atau kafe, vila dan hotel.
Nusa Dua, Bali, dikenal sebagai surganya digital nomad, baik wisatawan lokal maupun turis asing yang mendambakan suasana kantor menyenangkan, fleksibel tapi tetap komunikatif.
Untuk mendukung program Kemenparekraf tersebut, sejumlah pelaku usaha properti dan pariwisata telah meluncurkan beragam paket workcation. Proyek Lavaya Residence dan Resort besutan PT Properti Bali Benoa (Ganda Land Grup) menawarkan unit residensial premium yang siap memberikan kenyamanan tinggal sekaligus bekerja di Bali.
Riset Vmware MeConomy 2019 mencatat ada dinamika perubahan new workplace (tempat kerja baru) seiring bergantinya profil pekerja dari seorang baby boomer ke seorang milenial. Tren yang kini marak di seluruh dunia itu disebut digital nomaden atau disingkat digital nomad (pengembara digital).
Masyarakat yang semula harus bekerja di kantor menjadi bebas, tanpa terbatas ruang dan waktu. Tren digital nomad dinilai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno sangat mungkin diterapkan di Bali.
Hal itu karena Pulau Dewata memiliki keindahan alam dilengkapi dengan infrastruktur telekomunikasi mumpuni. Sejalan dengan hal itu, pemerintah meluncurkan program Work from Bali (WFB) , yakni aktivitas workcation atau “bekerja dari Bali”.
Dimana hal itu mengakomodir para pekerja milenial agar tetap bisa mengendalikan pekerjaan dan bisnis dari jarak jauh meskipun sedang dalam liburan. Mereka bekerja sambil liburan. Memanfaatkan ruang-ruang kerja bersama. Di mana saja, bebas.
Para pengembara digital memilih lokasi bekerja secara sporadis sesuai vibes yang disukai dengan memanfaatkan teknologi digital nirkabel. Mereka yang rerata adalah para millenial itu mudah didapati di sejumlah co-working space yang berada di resto atau kafe, vila dan hotel.
Nusa Dua, Bali, dikenal sebagai surganya digital nomad, baik wisatawan lokal maupun turis asing yang mendambakan suasana kantor menyenangkan, fleksibel tapi tetap komunikatif.
Untuk mendukung program Kemenparekraf tersebut, sejumlah pelaku usaha properti dan pariwisata telah meluncurkan beragam paket workcation. Proyek Lavaya Residence dan Resort besutan PT Properti Bali Benoa (Ganda Land Grup) menawarkan unit residensial premium yang siap memberikan kenyamanan tinggal sekaligus bekerja di Bali.
tulis komentar anda