Gara-gara Intervensi China Bikin Harga Logam Global Ambruk
Selasa, 25 Mei 2021 - 06:03 WIB
BEIJING - Harga komoditas global mengalami kejatuhan, usai China melakukan intervensi. Seperti dilansir BBC, otoritas China memperingatkan perusahaan komoditas di negara mereka untuk menekan kenaikan harga.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) mendesak perusahaan-perusahaan untuk mempertahankan "pesanan di pasar secara normal". Langkah itu diambil setelah harga logam melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena ekonomi utama dunia mulai pulih.
Harga logam termasuk tembaga dan aluminium, dalam tiga bulan termasuk di antara mereka yang terkena dampak. Di London Metal Exchange, tembaga turun 1,6% menjadi USD9.881 per metrik ton, sementara aluminium tergelincir sebesar 1,09% ke posisi USD2.370 per metrik ton.
Menurut sebuah laporan media The Global Times, perusahaan-perusahaan besar China dalam sektor baja, besi dan aluminium termasuk di antara mereka yang "secara kolektif dipanggil" pada hari Minggu oleh otoritas negara tersebut.
Global Times juga mengutip pernyataan NDRC yang mengatakan pertemuan itu diadakan karena peningkatan harga segelintir komoditas yang terus menerus dan drastis. China awal pekan lalu sudah mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan langkah-langkah terkait pasokan komoditas, dengan mengatakan akan mengekang harga yang "tidak masuk akal".
Pedagang komoditas juga berhati-hati setelah Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah memangkas kembali belanja infrastruktu dari USD2.25 triliun menjadi USD1.7 triliun.
Dengan pengurangan anggaran berada dalam rencana pembangunan jalan dan jembatan, maka bakal mempengaruhi permintaan untuk bijih besi dan tembaga.
Harga global belakangan sempat meningkat seperti yang diharapkan industri termasuk tembaga, batubara, baja dan bijih besi. Peningkatan harga komoditas tahun ini seiring kebijakan pengetatan akibat Pandemi mulai mereda pada beberapa negara.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) mendesak perusahaan-perusahaan untuk mempertahankan "pesanan di pasar secara normal". Langkah itu diambil setelah harga logam melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena ekonomi utama dunia mulai pulih.
Harga logam termasuk tembaga dan aluminium, dalam tiga bulan termasuk di antara mereka yang terkena dampak. Di London Metal Exchange, tembaga turun 1,6% menjadi USD9.881 per metrik ton, sementara aluminium tergelincir sebesar 1,09% ke posisi USD2.370 per metrik ton.
Menurut sebuah laporan media The Global Times, perusahaan-perusahaan besar China dalam sektor baja, besi dan aluminium termasuk di antara mereka yang "secara kolektif dipanggil" pada hari Minggu oleh otoritas negara tersebut.
Global Times juga mengutip pernyataan NDRC yang mengatakan pertemuan itu diadakan karena peningkatan harga segelintir komoditas yang terus menerus dan drastis. China awal pekan lalu sudah mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan langkah-langkah terkait pasokan komoditas, dengan mengatakan akan mengekang harga yang "tidak masuk akal".
Pedagang komoditas juga berhati-hati setelah Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah memangkas kembali belanja infrastruktu dari USD2.25 triliun menjadi USD1.7 triliun.
Dengan pengurangan anggaran berada dalam rencana pembangunan jalan dan jembatan, maka bakal mempengaruhi permintaan untuk bijih besi dan tembaga.
Harga global belakangan sempat meningkat seperti yang diharapkan industri termasuk tembaga, batubara, baja dan bijih besi. Peningkatan harga komoditas tahun ini seiring kebijakan pengetatan akibat Pandemi mulai mereda pada beberapa negara.
Lihat Juga :
tulis komentar anda