Beda Nasib dengan Garuda, SIA Diramal Bakal Dominasi Pasar Asia Tenggara
Jum'at, 09 Juli 2021 - 16:36 WIB
SINGAPURA - Maskapai Singapore Airlines Ltd (SIA) , yang ditopang dana USD16 miliar (sekitar Rp224 triliun) yang terkumpul sejak awal pandemi Covid-19, berkat dukungan investor negara, diyakini berada dalam posisi dominan di antara para maskapai pesaingnya di Asia Tenggara.
Sejatinya, krisis Covid-19 telah mengancam kelangsungan hidup maskapai penerbangan penghubung yang tidak memiliki pasar domestik seperti SIA, Cathay Pacific Airways, dan Emirates. Namun, dukungan kuat pemerintahnya mampu membuat SIA bertahan dari badai pandemi yang menerpa.
Seperti dikatakan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong tahun lalu, pemerintah siap melakukan apa saja untuk memastikan SIA berhasil melewati pandemi. Pemegang saham mayoritasnya, badan investasi milik pemerintah, Temasek Holdings, mengucurkan salah satu paket penyelamatan terbesar untuk maskapai penerbangan di dunia.
Berkat upaya itu, SIA memiliki cukup dana untuk melanjutkan operasionalnya setidaknya dua tahun lagi tanpa pemangkasan, dan bahkan mampu memodernisasi armadanya untuk menghemat bahan bakar dan mengurangi biaya perawatan, di saat maskapai lainnya terpaksa harus mengurangi armada pesawatnya.
"Krisis ini menunjukkan betapa pentingnya memiliki investor negara yang kaya sebagai pendukung utama," kata seorang bankir, yang berbicara secara anonim seperti dikutip Reuters, Jumat (9/7/2021).
Tumpukan uang yang dimiliki SIA membuat iri rival seperti Thai Airways dan Garuda Indonesia, yang hanya mendapat sedikit dukungan pemerintah. Banyak saingan SIA harus memangkas armada ke tingkat yang pada akhirnya akan melemahkan hub mereka, dan mengirim lebih banyak lalu lintas penghubung ke Singapura.
"Pada dasarnya apa yang coba dilakukan oleh maskapai-maskapai ini adalah mereka berusaha untuk menghindari para debiturnya," ujar Direktur Jenderal Asosiasi Maskapai se-Asia Pasifik Subhas Menon.
Sejatinya, krisis Covid-19 telah mengancam kelangsungan hidup maskapai penerbangan penghubung yang tidak memiliki pasar domestik seperti SIA, Cathay Pacific Airways, dan Emirates. Namun, dukungan kuat pemerintahnya mampu membuat SIA bertahan dari badai pandemi yang menerpa.
Seperti dikatakan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong tahun lalu, pemerintah siap melakukan apa saja untuk memastikan SIA berhasil melewati pandemi. Pemegang saham mayoritasnya, badan investasi milik pemerintah, Temasek Holdings, mengucurkan salah satu paket penyelamatan terbesar untuk maskapai penerbangan di dunia.
Berkat upaya itu, SIA memiliki cukup dana untuk melanjutkan operasionalnya setidaknya dua tahun lagi tanpa pemangkasan, dan bahkan mampu memodernisasi armadanya untuk menghemat bahan bakar dan mengurangi biaya perawatan, di saat maskapai lainnya terpaksa harus mengurangi armada pesawatnya.
"Krisis ini menunjukkan betapa pentingnya memiliki investor negara yang kaya sebagai pendukung utama," kata seorang bankir, yang berbicara secara anonim seperti dikutip Reuters, Jumat (9/7/2021).
Tumpukan uang yang dimiliki SIA membuat iri rival seperti Thai Airways dan Garuda Indonesia, yang hanya mendapat sedikit dukungan pemerintah. Banyak saingan SIA harus memangkas armada ke tingkat yang pada akhirnya akan melemahkan hub mereka, dan mengirim lebih banyak lalu lintas penghubung ke Singapura.
"Pada dasarnya apa yang coba dilakukan oleh maskapai-maskapai ini adalah mereka berusaha untuk menghindari para debiturnya," ujar Direktur Jenderal Asosiasi Maskapai se-Asia Pasifik Subhas Menon.
tulis komentar anda