Beda Nasib dengan Garuda, SIA Diramal Bakal Dominasi Pasar Asia Tenggara

Jum'at, 09 Juli 2021 - 16:36 WIB
Di bagian lain, SIA justru meningkatkan armadanya dan memperkuat maskapai penerbangan murahnya, Scoot. Di Eropa dan Amerika Utara, perjalanan liburan telah membawa pemulihan ke sektor penerbangan. Jika hal yang sama berlaku di Asia, maka maskapai murah akan menjadi sangat penting bagi maskapai penerbangan.

Setelah memangkas jumlah pesawat tua dan 20% stafnya tahun lalu, SIA berada di bawah tekanan yang tidak terlalu mendesak untuk melakukan lebih banyak perampingan. CEO Goh Choon Phong pada bulan Mei menggambarkan PHK tahun lalu sebagai "proses yang sangat menyakitkan" dan mengatakan tidak ada rencana untuk pemangkasan lebih lanjut.

Terlepas dari itu, para analis memperkirakan perlu waktu 12 hingga 18 bulan sebelum perjalanan udara secara luas pulih di kawasan Asia.

"Mereka dapat bertahan selama dua atau tiga tahun tanpa menghasilkan uang," kata Ketua Pusat Penerbangan CAPA Emeritus Peter Harbison. "Tetapi pada tahap tertentu Anda akan bertanya, 'apakah itu benar-benar layak? Bukankah seharusnya Anda mengambil langkah yang sulit?"

Menjawab pertanyaan itu, penerbitan obligasi konversi SIA baru-baru ini senilai 6,2 miliar dolar Singapura diberikan kepada pemegang saham selain Temasek, menunjukkan bahwa investor negara lebih sabar daripada yang lain dalam mencapai pengembalian.

Seorang perwakilan SIA mengatakan likuiditas yang meningkat sejak awal pandemi memungkinkan maskapai itu untuk memperkuat posisi keuangannya dan melakukan investasi yang diperlukan untuk mengamankan "posisi terdepan dalam industri".

SIA menangguhkan pengeluaran sebesar 4 miliar dolar Singapura untuk pesawat baru selama tiga tahun setelah mencapai kesepakatan dengan produsen Airbus SE dan Boeing Co. Tetapi karena pesanan pra-krisis yang besar, SIA tetap menghabiskan 3,7 miliar dolar Singapura untuk pesawat baru dan menambah setidaknya 19 pesawat ke armadanya tahun ini, termasuk 13 pesawat berbadan lebar meski permintaannya sedikit.

Sebagai pembanding, masakapai Lufthansa Jerman yang lebih besar dan memiliki pendapatan hampir empat kali lebih banyak setiap tahunnya sebelum krisis Covid-19, memiliki anggaran belanja modal hanya sekitar 1,5 miliar euro (USD1,77 miliar) selama 2021.



Bantalan keuangan yang dimiliki SIA membuat maskapai itu lebih sulit untuk mengatur ulang kontrak dengan produsen dan lessor. Terlebih, Temasek juga mendukung modernisasi armada.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More