Beda Nasib dengan Garuda, SIA Diramal Bakal Dominasi Pasar Asia Tenggara
Jum'at, 09 Juli 2021 - 16:36 WIB
Sementara, dengan pola perjalanan yang masih tertahan dan para pesaing terganggu oleh masalah keuangan, masakapai murah Scoot telah menggunakan sebagian dana dari SIA untuk meningkatkan pelatihan staf dan berinvestasi dalam perangkat lunak baru yang membantunya menghitung tarif yang lebih menguntungkan untuk penerbangan lanjutan.
"Ada banyak investasi, yang tentunya diarahkan untuk pemulihan di masa depan," kata CEO Scoot Campbell Wilson. "Investasi yang saya harap akan terbayar seiring berjalannya waktu."
Thai Airways kehilangan pangsa pasar yang signifikan akibat persaingan dengan masjkapai murah lainnya dalam dekade sebelum pandemi, menambah kerugian yang diderita maskapai itu selama bertahun-tahun. Maskapai itu juga belum merumuskan strategi biaya rendah baru sebagai bagian dari restrukturisasi yang melibatkan utang sebesar USD12,9 miliar.
Garuda, Malaysia Airlines dan Philippine Airlines juga berada dalam posisi yang sama, baik yang telah menyelesaikan atau baru akan meluncurkan restrukturisasi besar-besaran. Maskapai-maskapai itu tercatat sudah banyak merugi selama bertahun-tahun sebelum pandemi.
"Kemungkinan dalam upaya restrukturisasinya, maskapai-maskapai itu akan menyebabkan sejumlah orang tidak bahagia karena utangnya yang tidak akan pernah dibayar," kata Wilson. "Sejauh mana hal itu kemudian membatasi mereka? Waktu yang akan menjawabnya."
"Ada banyak investasi, yang tentunya diarahkan untuk pemulihan di masa depan," kata CEO Scoot Campbell Wilson. "Investasi yang saya harap akan terbayar seiring berjalannya waktu."
Thai Airways kehilangan pangsa pasar yang signifikan akibat persaingan dengan masjkapai murah lainnya dalam dekade sebelum pandemi, menambah kerugian yang diderita maskapai itu selama bertahun-tahun. Maskapai itu juga belum merumuskan strategi biaya rendah baru sebagai bagian dari restrukturisasi yang melibatkan utang sebesar USD12,9 miliar.
Garuda, Malaysia Airlines dan Philippine Airlines juga berada dalam posisi yang sama, baik yang telah menyelesaikan atau baru akan meluncurkan restrukturisasi besar-besaran. Maskapai-maskapai itu tercatat sudah banyak merugi selama bertahun-tahun sebelum pandemi.
"Kemungkinan dalam upaya restrukturisasinya, maskapai-maskapai itu akan menyebabkan sejumlah orang tidak bahagia karena utangnya yang tidak akan pernah dibayar," kata Wilson. "Sejauh mana hal itu kemudian membatasi mereka? Waktu yang akan menjawabnya."
(fai)
tulis komentar anda