Pesantren Diharapkan Jadi Kekuatan Baru Pengembangan Ekonomi Nasional
Senin, 09 Agustus 2021 - 17:11 WIB
"Dari sisi suluki (ajaran Allah dan Rasul), kita juga harus melakukan ikhtiar sababiyah (upaya sebab-akibat), itu menjadi bagian yang juga diperintahkan Allah SWT," tegasnya. Ikhtiar sababiyah tersebut meliputi upaya-upaya untuk mengurangi dampak negatif akibat pandemi, seperti mematuhi protokol kesehatan, menggiatkan 3 T (tracing, testing, dan treatment), dan melakukan vaksinasi.
Tak kalah penting setelah semua upaya, sambung Wapres, adalah bertawakal, berpasrah sambil berdoa, salah satunya dengan doa bersama atau istighasah. "Kita mohon kepada Allah agar musibah ini segera diangkat, tetapi, di dalam masalah ijabah (penerimaan doa), itu adalah hak preogatif Allah. Kata ulama, doa itu ibadah, kewajiban kita, tetapi urusan istijabah (keterkabulan doa), itu urusan Allah," ujarnya.
Dalam acara bertajuk "Munajat untuk Indonesia Sehat dan Ekonomi Bangkit" tersebut, hal serupa juga disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. "Di balik pandemi, ada pesan penting dari Allah SWT, yaitu pesan agar kita semakin tawakal, semakin mendekat," ujar Perry.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Hebitren KH M Hasib Wahab Abdullah melaporkan bahwa Hebitren yang lahir dari forum silaturahim 110 pesantren usai Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020, mengambil peran sebagai suatu kekuatan ekonomi alternatif, untuk solusi dalam perkembangan ekonomi nasional, khususunya di masa pandemi.
Selain Gubernur BI dan Ketua Umum DPP Hebitren, turut hadir secara virtual dalam acara doa/istighasah nasional ini, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Sementara itu, hadir mendampingi Wapres dalam acara tersebut, Staf Khusus Wapres Masykuri Abdillah dan Sekretaris Pribadi Wapres Salahuddin Al Ayyubi.
Tak kalah penting setelah semua upaya, sambung Wapres, adalah bertawakal, berpasrah sambil berdoa, salah satunya dengan doa bersama atau istighasah. "Kita mohon kepada Allah agar musibah ini segera diangkat, tetapi, di dalam masalah ijabah (penerimaan doa), itu adalah hak preogatif Allah. Kata ulama, doa itu ibadah, kewajiban kita, tetapi urusan istijabah (keterkabulan doa), itu urusan Allah," ujarnya.
Dalam acara bertajuk "Munajat untuk Indonesia Sehat dan Ekonomi Bangkit" tersebut, hal serupa juga disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. "Di balik pandemi, ada pesan penting dari Allah SWT, yaitu pesan agar kita semakin tawakal, semakin mendekat," ujar Perry.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Hebitren KH M Hasib Wahab Abdullah melaporkan bahwa Hebitren yang lahir dari forum silaturahim 110 pesantren usai Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020, mengambil peran sebagai suatu kekuatan ekonomi alternatif, untuk solusi dalam perkembangan ekonomi nasional, khususunya di masa pandemi.
Selain Gubernur BI dan Ketua Umum DPP Hebitren, turut hadir secara virtual dalam acara doa/istighasah nasional ini, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Sementara itu, hadir mendampingi Wapres dalam acara tersebut, Staf Khusus Wapres Masykuri Abdillah dan Sekretaris Pribadi Wapres Salahuddin Al Ayyubi.
(fai)
tulis komentar anda