Garap Blok Rokan Usai Hampir Seabad Disedot Chevron, Apa Untung Rugi Bagi Pertamina
Kamis, 12 Agustus 2021 - 05:37 WIB
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) secara resmi mengelola Wilayah Kerja Rokan (Blok Rokan). Lalu apa untung ruginya bagi Pertamina, setelah hampir satu abad Blok Rokan digarap oleh PT Chevron Pacific Indonesia .
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai masih cukup banyak potensi yang ada di Blok Rokan. Berdasarkan data SKK Migas, Blok Rokan mempunyai potensi cadangan minyak sekitar 1,5 miliar - 2 miliar barel.
"Rokan oleh CPI (PT Chevron Pacific Indonesia) belum semua lapangan dioptimalkan dimana hanya lapangan besar saja yang diperhatikan. Padahal masih ada 100-an lagi lapangan lain yang belum dioptimalkan oleh CPI," ujarnya ketika dihubungi.
Dia melanjutkan, PHR bisa melakukan reaktivasi kembali sumur-sumur yang ada di sana dan juga melakukan kegiatan pengeboran kembali. Selain itu, kegiatan work over dan well service serta kegiatan EOR harus kembali ditingkatkan.
Menurut dia, memang harga untuk mengambil Blok Rokan tidak murah. Pertamina harus membayar Signature Bonus USD780 juta dan komitmen kerja pasti USD500 juta.
Namun dengan potensi cadangan yang ada dan juga kerja keras dari PHR, target untuk menjaga lifting bisa dicapai mengingat saat ini Blok Rokan produksinya adalah 25% dari lifting nasional.
"Kita mesti ketahui, bahwa saat ini pegawai PHR adalah eks CPI dimana seharusnya kinerja mereka tetap sama atau bahkan meningkat. Mengingat saat ini mereka bekerja dengan BUMN kita," tuturnya.
Di sisi lain, ada kendala yang harus dihadapi terkait pendanaan karena biaya yang diperlukan untuk mengelola Blok Rokan. Menurut Mamit, PHR harus mencari mitra dalam mengelola Blok Rokan agar bisa berbagi resiko.
"Mitra yang dipilih pastinya harus prudent dari sisi dana dan paham akan teknis juga. Mereka harus membayar PI jika memang ingin bergabung dengan Chevron harus benar-benar clear mengingat biaya yang sudah dikeluarkan Pertamina cukup besar," ungkapnya.
"Jangan sampai karena tekanan tertentu akhirnya Pertamina salah dalam mencari mitra. Jika merasa yakin, ya silahkan Pertamina kelola sendiri karena akan lebih mudah dari sisi management," jelasnya.
Baca Juga
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai masih cukup banyak potensi yang ada di Blok Rokan. Berdasarkan data SKK Migas, Blok Rokan mempunyai potensi cadangan minyak sekitar 1,5 miliar - 2 miliar barel.
"Rokan oleh CPI (PT Chevron Pacific Indonesia) belum semua lapangan dioptimalkan dimana hanya lapangan besar saja yang diperhatikan. Padahal masih ada 100-an lagi lapangan lain yang belum dioptimalkan oleh CPI," ujarnya ketika dihubungi.
Dia melanjutkan, PHR bisa melakukan reaktivasi kembali sumur-sumur yang ada di sana dan juga melakukan kegiatan pengeboran kembali. Selain itu, kegiatan work over dan well service serta kegiatan EOR harus kembali ditingkatkan.
Menurut dia, memang harga untuk mengambil Blok Rokan tidak murah. Pertamina harus membayar Signature Bonus USD780 juta dan komitmen kerja pasti USD500 juta.
Namun dengan potensi cadangan yang ada dan juga kerja keras dari PHR, target untuk menjaga lifting bisa dicapai mengingat saat ini Blok Rokan produksinya adalah 25% dari lifting nasional.
"Kita mesti ketahui, bahwa saat ini pegawai PHR adalah eks CPI dimana seharusnya kinerja mereka tetap sama atau bahkan meningkat. Mengingat saat ini mereka bekerja dengan BUMN kita," tuturnya.
Di sisi lain, ada kendala yang harus dihadapi terkait pendanaan karena biaya yang diperlukan untuk mengelola Blok Rokan. Menurut Mamit, PHR harus mencari mitra dalam mengelola Blok Rokan agar bisa berbagi resiko.
"Mitra yang dipilih pastinya harus prudent dari sisi dana dan paham akan teknis juga. Mereka harus membayar PI jika memang ingin bergabung dengan Chevron harus benar-benar clear mengingat biaya yang sudah dikeluarkan Pertamina cukup besar," ungkapnya.
"Jangan sampai karena tekanan tertentu akhirnya Pertamina salah dalam mencari mitra. Jika merasa yakin, ya silahkan Pertamina kelola sendiri karena akan lebih mudah dari sisi management," jelasnya.
(akr)
tulis komentar anda