Banyak Mal Dijual, Indikasi Pengusaha Butuh Dana Segar
Kamis, 02 September 2021 - 13:03 WIB
JAKARTA - Fenomena ramainya penjualan mal di tengah pandemi belakangan ini disebut sebagai indikasi bahwa pengusaha tengah butuh dana segar. Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat mengatakan, penjualan mal tersebut umumnya dilakukan pengusaha dalam rangka asset recycling.
"Fenomena penjualan mal di tengah pandemi adalah opsi yang dipilih oleh pengembang dalam melakukan asset recycling. Umumnya opsi ini dipilih untuk mendapatkan dana segar dan mengalihkan portofolio ke aset yang dinilai lebih aktif di tengah pandemi. Setidaknya ada 4 mall di Jabodetabek yang mengalami fenomena ini," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (2/9/2021).
Syarifah mengatakan, di beberapa kota di dunia juga terjadi asset recycling dengan mengalihfungsikan penggunaan ritel ke dalam fungsi yang dinilai memiliki potensi transaksi yang lebih prospektif. Seperti yang terjadi di Sydney, Australia, dimana terjadi pengalihan fungsi ritel menjadi logistik.
"Hal ini dilakukan mereka untuk memenuhi permintaan logistik yang sedang tinggi dan melemahnya transaksi belanja langsung di ritel," jelasnya.
Namun, penjualan aset di tengah pandemi menurut Syarifah akan berefek pada tertekannya harga properti yang dijual. Karena itu, kata dia, kondisi ini menjadi momentum bagi para investor untuk mendapatkan aset dengan harga di bawah harga pasar dalam kondisi normal.
"Sementara untuk para landlord atau pemilik mal yang menjual asetnya, pasti telah melakukan kalkulasi untuk memilih opsi prioritas pada aset yang dinilai aktif di masa pandemi ini," jelasnya.
"Fenomena penjualan mal di tengah pandemi adalah opsi yang dipilih oleh pengembang dalam melakukan asset recycling. Umumnya opsi ini dipilih untuk mendapatkan dana segar dan mengalihkan portofolio ke aset yang dinilai lebih aktif di tengah pandemi. Setidaknya ada 4 mall di Jabodetabek yang mengalami fenomena ini," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (2/9/2021).
Syarifah mengatakan, di beberapa kota di dunia juga terjadi asset recycling dengan mengalihfungsikan penggunaan ritel ke dalam fungsi yang dinilai memiliki potensi transaksi yang lebih prospektif. Seperti yang terjadi di Sydney, Australia, dimana terjadi pengalihan fungsi ritel menjadi logistik.
"Hal ini dilakukan mereka untuk memenuhi permintaan logistik yang sedang tinggi dan melemahnya transaksi belanja langsung di ritel," jelasnya.
Namun, penjualan aset di tengah pandemi menurut Syarifah akan berefek pada tertekannya harga properti yang dijual. Karena itu, kata dia, kondisi ini menjadi momentum bagi para investor untuk mendapatkan aset dengan harga di bawah harga pasar dalam kondisi normal.
"Sementara untuk para landlord atau pemilik mal yang menjual asetnya, pasti telah melakukan kalkulasi untuk memilih opsi prioritas pada aset yang dinilai aktif di masa pandemi ini," jelasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda