IHSG Diprediksi Bertaji, Amati Saham-saham Berikut Ini
Rabu, 08 September 2021 - 07:43 WIB
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2021 tercatat sebesar USD144,8 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2021 sebesar USD137,3 miliar.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Leader:
BBRI, HMSP, BMRI, SUPR, BSIM
Laggard:
TPIA, DCII, ARTO, ASII, BUKA
Sementara itu, Bursa Asia berpotensi bergerak dengan hati-hati pada perdagangan hari Rabu setelah adanya penurunan saham di AS ditengah kekhawatiran bahwa varian delta dari Covid-19 dapat memperlambat pemulihan ekonomi dari pandemi.
Kontrak berjangka AS berfluktuasi setelah S&P 500 jatuh dan Nasdaq 100 naik ke rekor karena investor mencari area pasar yang lebih defensif. Ekuitas teknologi China yang terdaftar di AS melonjak pada taruhan bahwa tindakan keras peraturan Beijing yang terburuk telah berlalu.
Di saat ekuitas global yang terus mencapai rekor tertingginnya dan Prospek pembukaan kembali ekonomi yang lebih lambat serta pengurangan dukungan stimulus darurat dari Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa menyebabkan beberapa kekhawatiran investor.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Leader:
BBRI, HMSP, BMRI, SUPR, BSIM
Laggard:
TPIA, DCII, ARTO, ASII, BUKA
Sementara itu, Bursa Asia berpotensi bergerak dengan hati-hati pada perdagangan hari Rabu setelah adanya penurunan saham di AS ditengah kekhawatiran bahwa varian delta dari Covid-19 dapat memperlambat pemulihan ekonomi dari pandemi.
Kontrak berjangka AS berfluktuasi setelah S&P 500 jatuh dan Nasdaq 100 naik ke rekor karena investor mencari area pasar yang lebih defensif. Ekuitas teknologi China yang terdaftar di AS melonjak pada taruhan bahwa tindakan keras peraturan Beijing yang terburuk telah berlalu.
Di saat ekuitas global yang terus mencapai rekor tertingginnya dan Prospek pembukaan kembali ekonomi yang lebih lambat serta pengurangan dukungan stimulus darurat dari Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa menyebabkan beberapa kekhawatiran investor.
tulis komentar anda