Ekonom Proyeksi Inflasi Bulan Mei Turun Menjadi 0,03%
Minggu, 31 Mei 2020 - 14:26 WIB
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi inflasi bulan Mei 2020 diperkirakan menurun menjadi 0,03% dibanding bulan sebelumnya, yaitu 0,08% (month to month/MtM).
Kalkulasinya, inflasi bulanan tersebut lebihi rendah dari rata-rata inflasi bulanan pada bulan Ramadhan dan Idul FItri dalam 2 tahun terakhir (2018-2019) yang tercatat sekitar 0,58%.
"Adapun inflasi tahunan per bulan Mei diperkirakan mencapai 2,15% year on year (yoy) dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,67% yoy," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Minggu (31/5/2020).
Dia merinci rendahnya inflasi pada bulan Mei didorong oleh potensi deflasi kelompok harga bergejolak. Hal ini terindikasi dari penurunan harga sebagian besar komoditas pangan seperti: beras (-0,2%), telur ayam (-5,5%), bawang putih (-14,7%), cabai merah (-5,7%), cabai rawit (-16,0%), minyak goreng (-0,5%) dan gula pasir (-4,0%).
Sementara beberapa harga komoditas pangan yang cenderung naik antara lain: daging ayam (14,5%) daging sapi (0,9%), dan bawang merah (22,8%). Tangani Covid-19, RI Dapat Utang Rp3,65 Triliun dari Bank Dunia
"Tren penurunan sebagian harga komoditas pangan tersebut menunjukkan koordinasi pengendalian inflasi di tingkat nasional dan daerah cenderung baik di tengah pandemi Covid-19 ini," katanya.
Dia menambahkan inflasi inti cenderung menurun menjadi 2,69% dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,85% YoY, dipengaruhi oleh inflasi sisi permintaan yang cenderung rendah, serta penurunan harga emas perhiasan sepanjang bulan Mei sebesar -2,13%.
Selain itu, rendahnya inflasi Lebaran pada tahun ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pelarangan mudik yang berpotensi mendorong deflasi pada inflasi kelompok transportasi.
"Inflasi sisi permintaan yang rendah tersebut juga dipengaruhi oleh lemahnya daya beli masyarakat 2-3 bulan terakhir, mengingat aktivitas sisi produksi yang terganggu akibat kebijakan PSBB di berbagai daerah dalam rangka menekan laju penyebaran Covid-19 di Indonesia," pungkasnya.
Kalkulasinya, inflasi bulanan tersebut lebihi rendah dari rata-rata inflasi bulanan pada bulan Ramadhan dan Idul FItri dalam 2 tahun terakhir (2018-2019) yang tercatat sekitar 0,58%.
"Adapun inflasi tahunan per bulan Mei diperkirakan mencapai 2,15% year on year (yoy) dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,67% yoy," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Minggu (31/5/2020).
Dia merinci rendahnya inflasi pada bulan Mei didorong oleh potensi deflasi kelompok harga bergejolak. Hal ini terindikasi dari penurunan harga sebagian besar komoditas pangan seperti: beras (-0,2%), telur ayam (-5,5%), bawang putih (-14,7%), cabai merah (-5,7%), cabai rawit (-16,0%), minyak goreng (-0,5%) dan gula pasir (-4,0%).
Sementara beberapa harga komoditas pangan yang cenderung naik antara lain: daging ayam (14,5%) daging sapi (0,9%), dan bawang merah (22,8%). Tangani Covid-19, RI Dapat Utang Rp3,65 Triliun dari Bank Dunia
"Tren penurunan sebagian harga komoditas pangan tersebut menunjukkan koordinasi pengendalian inflasi di tingkat nasional dan daerah cenderung baik di tengah pandemi Covid-19 ini," katanya.
Dia menambahkan inflasi inti cenderung menurun menjadi 2,69% dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,85% YoY, dipengaruhi oleh inflasi sisi permintaan yang cenderung rendah, serta penurunan harga emas perhiasan sepanjang bulan Mei sebesar -2,13%.
Selain itu, rendahnya inflasi Lebaran pada tahun ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pelarangan mudik yang berpotensi mendorong deflasi pada inflasi kelompok transportasi.
"Inflasi sisi permintaan yang rendah tersebut juga dipengaruhi oleh lemahnya daya beli masyarakat 2-3 bulan terakhir, mengingat aktivitas sisi produksi yang terganggu akibat kebijakan PSBB di berbagai daerah dalam rangka menekan laju penyebaran Covid-19 di Indonesia," pungkasnya.
(bon)
tulis komentar anda