Dukung Ekonomi Hijau, BRGM Rehabilitasi Mangrove di 9 Provinsi
Minggu, 19 September 2021 - 19:46 WIB
“Mereka itu kan tidak mempunyai pekerjaan tetap dan biasanya mengambil kayu-kayu mangrove untuk dijual sebagai bahan bangunan atau bahan pembuatan tiang bendera,” ungkap Bonardo selaku Koordinator Lapangan dalam program padat karya di Papua Barat.
Oleh karena itu, menurut dia, warga berharap ada bantuan dalam pelatihan peternakan sapi atau pertambakan, sehingga mereka mempunyai sumber penghasilan baru dan tidak lagi mengambil kayu mangrove.
Lebih lanjut Bonardo menuturkan, jika pemerintah setempat maupun BRGM harus terus melakukan sosialisasi dan bimbingan kepada warga, karena penanaman mangrove ini merupakan investasi jangka panjang yang tidak mungkin bisa terlaksana dalam waktu instan 1-2 tahun karena manfaatnya belum banyak, namun diumur 5 tahun, manfaat mangrove akan sangat besar bagi kehidupan mereka.
Sementara itu, Kepala Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Remu Ransiki, Giri Suryanta menyebut program ini disambut positif oleh warga Desa Klamana.
“Program ini cukup membantu mereka terutama di masa pandemi ini, responnya juga bagus ya, karena mereka kan masuk dalam klaster penduduk kota,” ujar Giri Suryanta.
“Kebetulan lokasinya juga berdekatan dengan area wisata, jadi ibarat gayung bersambutlah, mempercepat proses rehabilitasi mangrovenya sekaligus memberikan apa yang bisa disokong masyarakat dari sektor wisatanya,” tambahnya.
Menurutnya, kesadaran warga Desa Klamana dalam menjaga mangrove kini semakin meningkat, terlebih wilayah Sorong terancam dengan banjir rob. Di mana warga mulai merasakan genangan air laut yang semakin tinggi.
Seperti diketahui, mangrove adalah ekosistem lahan basah yang pengelolaanya perlu dilakukan secara tepat dan terpadu agar dapat dikelola secara lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, menurut dia, warga berharap ada bantuan dalam pelatihan peternakan sapi atau pertambakan, sehingga mereka mempunyai sumber penghasilan baru dan tidak lagi mengambil kayu mangrove.
Lebih lanjut Bonardo menuturkan, jika pemerintah setempat maupun BRGM harus terus melakukan sosialisasi dan bimbingan kepada warga, karena penanaman mangrove ini merupakan investasi jangka panjang yang tidak mungkin bisa terlaksana dalam waktu instan 1-2 tahun karena manfaatnya belum banyak, namun diumur 5 tahun, manfaat mangrove akan sangat besar bagi kehidupan mereka.
Sementara itu, Kepala Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Remu Ransiki, Giri Suryanta menyebut program ini disambut positif oleh warga Desa Klamana.
“Program ini cukup membantu mereka terutama di masa pandemi ini, responnya juga bagus ya, karena mereka kan masuk dalam klaster penduduk kota,” ujar Giri Suryanta.
“Kebetulan lokasinya juga berdekatan dengan area wisata, jadi ibarat gayung bersambutlah, mempercepat proses rehabilitasi mangrovenya sekaligus memberikan apa yang bisa disokong masyarakat dari sektor wisatanya,” tambahnya.
Menurutnya, kesadaran warga Desa Klamana dalam menjaga mangrove kini semakin meningkat, terlebih wilayah Sorong terancam dengan banjir rob. Di mana warga mulai merasakan genangan air laut yang semakin tinggi.
Seperti diketahui, mangrove adalah ekosistem lahan basah yang pengelolaanya perlu dilakukan secara tepat dan terpadu agar dapat dikelola secara lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(dar)
tulis komentar anda