Investor Ketakutan, Evergrande China Lewati Batas Waktu Bayar Bunga Obligasi
Sabtu, 25 September 2021 - 12:56 WIB
BEIJING - Investor dibiarkan dalam bayang-bayang ketakutan setelah raksasa properti China, Evergrande melewati tenggat waktu pembayaran bunga obligasi USD83,5 Juta. Batas waktu pembayaran bunga utang berakhir alias lewat jatuh tempo tanpa pengumuman dari perusahaan bisa berdampak terhadap pasar dunia.
Awal pekan ini, Evergrande sempat menyatakan telah mencapai kesepakatan atas pembayaran bunga obligasi lainnya senilai USD35,9 juta. Evergrande tercatat punya utang sebesar USD305 miliar atau setara Rp4.200 triliun, hal ini memunculkan kekhawatir keruntuhan perusahaan dapat menimbulkan risiko sistemik pada sistem keuangan Chin a dan bergema di seluruh dunia.
Saham Evergrande turun hampir 12% di bursa Hong Kong pada perdagangan Jumat kemarin, setelah sempat melonjak lebih dari 17% pada hari sebelumnya. Sementara itu, pihak berwenang China dilaporkan telah memperingatkan pemerintah daerah untuk bersiap menghadapi potensi kegagalan utang Evergrande.
Langkah ini telah dilihat oleh beberapa investor sebagai tanda lebih lanjut bahwa pemerintah China enggan untuk menyelamatkan raksasa real estat yang sedang dilanda krisis tersebut.
Pemerintah China tidak membuat pernyataan besar tentang penyelamatan Evergrande, dan media pemerintah seakan tidak memberikan petunjuk tentang bagaimana pandangan Beijing tentang krisis utang perusahaan.
Evergrande sendiri akan melakukan serangkaian pembayaran bunga obligasi lainnya dalam beberapa minggu mendatang. Berdasarkan perjanjian dengan investor, perusahaan memiliki masa tenggang 30 hari sebelum pembayaran yang terlewat pada obligasi senilai USD83,5 juta menjadi default.
Beberapa analis telah memperingatkan bahwa kegagalan pengembang properti terbesar kedua bisa berdampak besar pada ekonomi China, dan berpotensi menyebar ke sistem keuangan global.
Industri real estate merupakan komponen utama ekonomi China, terhitung kontribusinya hampir 30% dari produk domestik bruto, sehingga dampak apapun pada sektor ini kemungkinan akan memukul pertumbuhan ekonomi China yang sudah melambat.
Awal pekan ini, Evergrande sempat menyatakan telah mencapai kesepakatan atas pembayaran bunga obligasi lainnya senilai USD35,9 juta. Evergrande tercatat punya utang sebesar USD305 miliar atau setara Rp4.200 triliun, hal ini memunculkan kekhawatir keruntuhan perusahaan dapat menimbulkan risiko sistemik pada sistem keuangan Chin a dan bergema di seluruh dunia.
Saham Evergrande turun hampir 12% di bursa Hong Kong pada perdagangan Jumat kemarin, setelah sempat melonjak lebih dari 17% pada hari sebelumnya. Sementara itu, pihak berwenang China dilaporkan telah memperingatkan pemerintah daerah untuk bersiap menghadapi potensi kegagalan utang Evergrande.
Langkah ini telah dilihat oleh beberapa investor sebagai tanda lebih lanjut bahwa pemerintah China enggan untuk menyelamatkan raksasa real estat yang sedang dilanda krisis tersebut.
Pemerintah China tidak membuat pernyataan besar tentang penyelamatan Evergrande, dan media pemerintah seakan tidak memberikan petunjuk tentang bagaimana pandangan Beijing tentang krisis utang perusahaan.
Evergrande sendiri akan melakukan serangkaian pembayaran bunga obligasi lainnya dalam beberapa minggu mendatang. Berdasarkan perjanjian dengan investor, perusahaan memiliki masa tenggang 30 hari sebelum pembayaran yang terlewat pada obligasi senilai USD83,5 juta menjadi default.
Beberapa analis telah memperingatkan bahwa kegagalan pengembang properti terbesar kedua bisa berdampak besar pada ekonomi China, dan berpotensi menyebar ke sistem keuangan global.
Industri real estate merupakan komponen utama ekonomi China, terhitung kontribusinya hampir 30% dari produk domestik bruto, sehingga dampak apapun pada sektor ini kemungkinan akan memukul pertumbuhan ekonomi China yang sudah melambat.
tulis komentar anda