Subsidi Global Tembus Rp85 Ribu Triliun, IMF Dorong Kenaikan Harga Bahan Bakar Fosil
Senin, 27 September 2021 - 07:12 WIB
JAKARTA - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan subsidi bahan bakar fosil global mencapai USD6 triliun atau sekitar Rp85.702 triliun pada 2020. Nilai tersebut setara 6,8 persen produk domestik bruto (PDB) seluruh negara di dunia.
"Tanpa ada upaya pengurangan bahan bakar fosil kita akan menyaksikan kehancuran tak terhitung di lingkungan kita dan melanjutkan kerusakan kesehatan serta mata pencaharian masyarakat," kata Direktur Pelaksana Georgieva Kristalina Georgieva dalam dialog terbuka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti dilansir dari Anadolu Agency, Senin (27/9/2021).
Menurut dia sepertiga emisi karbon global dapat berkurang apabila ada peningkatan harga bahan fosil. Adapun argumen tersebut bisa sejalan dengan agenda menjaga batas kenaikan suhu global mencapai 1,5 derajat celcius. Di samping itu, jika harga energi fosil meningkat maka dapat memproyeksikan kebutuhan anggaran lingkungan dan pasokan pada 2025.
"Mendapatkan harga bahan bakar fosil yang tepat adalah kunci untuk mengurangi (emisi) ini. Harga yang tepat harus sepenuhnya mengacu terhadap biaya pasokan dan biaya lingkungan - terutama emisi karbon dan polusi udara lokal," tuturnya.
"Ini sangat menantang," katanya sembari memberikan saran bahwa penentuan peningkatan harga bahan bakar fosil dapat disesuaikan dengan lingkungan dan pasokan di suatu wilayah.
Ia meyakini jika hal ini terlaksana, maka dapat meningkatkan produk domestik bruto global sebanyak 4 persen. "Sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan investasi hijau dan anggaran untuk sosial," tegasnya.
Di sisi lain, Georgieva menyatakan IMF telah mengusulkan harga dasar karbon global berdasarkan tingkat pembangunan di wilayah penghasil emisi, untuk membantu menentukan harga bahan bakar fosil yang tepat.
"Tanpa ada upaya pengurangan bahan bakar fosil kita akan menyaksikan kehancuran tak terhitung di lingkungan kita dan melanjutkan kerusakan kesehatan serta mata pencaharian masyarakat," kata Direktur Pelaksana Georgieva Kristalina Georgieva dalam dialog terbuka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti dilansir dari Anadolu Agency, Senin (27/9/2021).
Menurut dia sepertiga emisi karbon global dapat berkurang apabila ada peningkatan harga bahan fosil. Adapun argumen tersebut bisa sejalan dengan agenda menjaga batas kenaikan suhu global mencapai 1,5 derajat celcius. Di samping itu, jika harga energi fosil meningkat maka dapat memproyeksikan kebutuhan anggaran lingkungan dan pasokan pada 2025.
"Mendapatkan harga bahan bakar fosil yang tepat adalah kunci untuk mengurangi (emisi) ini. Harga yang tepat harus sepenuhnya mengacu terhadap biaya pasokan dan biaya lingkungan - terutama emisi karbon dan polusi udara lokal," tuturnya.
"Ini sangat menantang," katanya sembari memberikan saran bahwa penentuan peningkatan harga bahan bakar fosil dapat disesuaikan dengan lingkungan dan pasokan di suatu wilayah.
Ia meyakini jika hal ini terlaksana, maka dapat meningkatkan produk domestik bruto global sebanyak 4 persen. "Sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan investasi hijau dan anggaran untuk sosial," tegasnya.
Di sisi lain, Georgieva menyatakan IMF telah mengusulkan harga dasar karbon global berdasarkan tingkat pembangunan di wilayah penghasil emisi, untuk membantu menentukan harga bahan bakar fosil yang tepat.
(nng)
tulis komentar anda