Pekerjanya Paling Banyak di PHK, Begini Nasib Perusahaan Konstruksi

Selasa, 02 Juni 2020 - 14:41 WIB
Kinerja Perusahaan Konstruski tak Mencapai Target
JAKARTA - Pandemi Virus Covid 19 memang telah membuat susah banyak orang. Hingga Bulan Mei lalu saja sudah lebih dari 2 juta pekerja yang harus di PHK. Kondisi perusahaan yang sempoyongan di hantam pandemic memaksa mereka melakukan efisiensi besar-besaran, termasuk mengurangi jumlah karyawan.

Survei yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bidang Ketenagakerjaan, menyebutkan konstruksi dan bangunan menjadi sektor lapangan kerja yang paling banyak melakukan PHK, sebesar 29,3% dari total pekerja yang di PHK. Disusul kemudian sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi 28,9%. Setelah itu sektor pertambangan penggalian sebanyak 28,6%. Baca Juga: Hak Pekerja Konstruksi Tetap Dijamin di Tengah Pandemi Corona
Banyaknya pekerja di sektor konstruksi dan bangunan yang harus kehilangan pekerjaan menjadi indikator kondisi perusahaan konstruksi saat ini. Sejumlah perusahaan konstruksi kelas kakap pun terpaksa harus menerima kenytaan kinerja mereka merosot tajam di awal tahun ini. Seperti yang disampaikan oleh Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk (ADHI), Budi Harto. Menurutnya proyek-proyek infrastruktur yang dikerjakan perseroan banyak yang tertunda karena pemerintah sedang fokus menyelesaikan pandemi Covid-19.

Pada kuartal pertama 2020, BUMN Karya dengan kode emiten ADHI ini, hanya mampu mencatatkan kontrak baru senilai Rp2,5 triliun. Padahal tahun ini target Adhi Karya mampu maraup kontrak baru senilai Rp35 triliun.

Artinya sepanjang tiga bulan pertama tahun ini kontrak baru yang dihasilkan perseroan hanya 7,14% dari target. Dibandingkan kontrak baru yang dihasilkan di tahun-tahun sebelumnya, di periode yang sama, tahun ini memang tergolong rendah.



Pada kuartal I-2019 ADHI mampu meraih kontrak baru sebesar Rp3 triliun. Pada kuartal I-2018, kuartal I-2018 dan di kuartaI perta ma 2017 Rp3,7 triliun.

Meskipun kontrak baru yang didapat tergolong kecil, namun total pendapatan yang dibukukan ADHI di Kuartal I ini naik 31,76%, menjadi Rp3,07 triliun. Di tahun lalu, pada periode yang sama perseroan mencatatakan pendapatan sebesar Rp2,33 triliun.

Meski pendapatan naik, laba bersih ADHI justru turun 80,72% menjadi Rp14,56 miliar di kuartal I 2020. Dari laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan diketahui, laba bersih yang merosot tajam itu disebabkan karena beban keuangan juga mengalami kenaikan 26,73% menjadi Rp186,86 miliar.

Adapun, pendapatan lainnya turun 57,86% yoy dari Rp20,41 miliar menjadi Rp8,6 miliar di kuartal I 2020. Sedangkan bagian laba ventura bersama turun dari 69,35% yoy menjadi Rp24,66 miliar.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More