Menperin Curhat Soal Berburu Batik Saat Kunjungan Kerja
Rabu, 06 Oktober 2021 - 22:52 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian ( Kemenperin ) mencatat ekspor industri batik pada triwulan I-2021 mencapai USD157,8 juta atau setara dengan Rp2,2 triliun (kurs Rp14.200). Sedangkan pada tahun lalu 2020, ekspor industri batik tembus USD532,7 juta (Rp7,5 triliun).
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Industri batik kita mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global,” ujar Menperin, Rabu (6/10/2021).
Menurutnya, Industri batik merupakan bagian dari industri tesktil yang menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan terintegrasi Making Indonesia 4.0. Selain itu tradisi memakai batik harus terus digalakkan sebagai wujud penghormatan terhadap kearifan lokal, kecintaan terhadap produk dalam negeri, sekaligus keberpihakan terhadap para pelaku industri kecil.
Kemenperin terus melakukan berbagai kegiatan pendidikan, pengembangan desain, serta promosi untuk mendukung pertumbuhan dan regenerasi industri batik di Indonesia sehingga memiliki daya saing global dan makin menguasai pasar.
"Dalam sejumlah kesempatan berkunjung ke berbagai daerah, oleh-oleh yang saya cari adalah kain batik lokal. Saya pun memiliki baju-baju batik dengan beragam jenis, misalnya batik Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Lasem, Cirebon, atau Tasik. Terakhir, pada kunjungan ke Papua, saya juga menyempatkan diri mencari batik," sambung Menperin.
Menperin berpesan kepada masyarakat untuk have fun atau menikmati menggunakan batik karena memiliki nilai seni tinggi, sehingga sangat fashionable untuk digunakan dalam berbagai acara atau kegiatan baik resmi maupun kasual.
"Harus dicamkan kalau memakai batik itu asyik, memakai batik itu keren. Sehingga ada makna dan manfaat besar dalam kebiasaan menggunakan batik, baik dari aspek fashion, aspek sosial budaya, maupun aspek ekonomi," pungkas Menperin.
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Industri batik kita mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global,” ujar Menperin, Rabu (6/10/2021).
Menurutnya, Industri batik merupakan bagian dari industri tesktil yang menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan terintegrasi Making Indonesia 4.0. Selain itu tradisi memakai batik harus terus digalakkan sebagai wujud penghormatan terhadap kearifan lokal, kecintaan terhadap produk dalam negeri, sekaligus keberpihakan terhadap para pelaku industri kecil.
Kemenperin terus melakukan berbagai kegiatan pendidikan, pengembangan desain, serta promosi untuk mendukung pertumbuhan dan regenerasi industri batik di Indonesia sehingga memiliki daya saing global dan makin menguasai pasar.
"Dalam sejumlah kesempatan berkunjung ke berbagai daerah, oleh-oleh yang saya cari adalah kain batik lokal. Saya pun memiliki baju-baju batik dengan beragam jenis, misalnya batik Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Lasem, Cirebon, atau Tasik. Terakhir, pada kunjungan ke Papua, saya juga menyempatkan diri mencari batik," sambung Menperin.
Menperin berpesan kepada masyarakat untuk have fun atau menikmati menggunakan batik karena memiliki nilai seni tinggi, sehingga sangat fashionable untuk digunakan dalam berbagai acara atau kegiatan baik resmi maupun kasual.
"Harus dicamkan kalau memakai batik itu asyik, memakai batik itu keren. Sehingga ada makna dan manfaat besar dalam kebiasaan menggunakan batik, baik dari aspek fashion, aspek sosial budaya, maupun aspek ekonomi," pungkas Menperin.
(uka)
tulis komentar anda