Garuda Indonesia Kaji Kenaikan Harga Tiket Imbas New Normal
Rabu, 03 Juni 2020 - 08:01 WIB
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tengah mengkaji kenaikan harga tiket pesawat seiring dengan penerapan new normal yang mengharuskan psyhical distancing. Protokol kesehatan yang ketat selama pemberlakuan new normal, sedikit banyak bakal berdampak ke bertambahnya biaya, sementara perusahaan sedang mengalami kondisi kesulitan keuangan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menerangkan, kenaikan harga tiket karena penurunan penumpang telah didiskusikan bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Hal ini menurutnya semata-mata agar industri penerbangan mampu bertahan di tengah tekanan akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
"Ini perlu kami diskusikan bersama, dan terus-menerus berkomunikasi dengan Kemenhub untuk memastikan bahwa industri ini punya napas berkelanjutan. Atas keberlanjutan ini, memastikan bahwa setiap penerbangan memperoleh peruntungan. Kalau distancing ini harus dipastikan dilakukan, tentu saja kita mesti me-review harga dari penerbangan tersebut," kata Irfan di Jakarta.
Meski begitu, dirinya memastikan kenaikan harga tiket tidak akan terlalu tinggi. Dimana selama penerapan new normal, Garuda harus melakukan berbagai pemeriksaan ketat yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Lebih lanjut Irfan menerangkan, perseroan akan mengklasifikasi orang-orang yang harus terbang, sementara masyarakat yang mau terbang harus berpikir dua samapi tiga kali untuk menggunakan jasa penerbangan karena prosesnya lebih kompleks dan lebih mahal. "Kita tengah menyusun proses bagi pemeriksaan calon penumpang pesawat akan lebih mahal," ungkapnya.
Sambung dia menambahkan, dengan adanya new normal pihaknya harus melakukan berbagai pemeriksaan ketat yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Salah satunya terkait PCR test yang membutuhkan Rp 2,5 juta, angka itu sudah jauh lebih mahal dari biaya bepergian dari satu tempat ke tempat lain khususnya yang berdekatan seperti dari Jakarta ke Surabaya.
"Apalagi kalau kita bepergian lebih dari 7 hari, kita mesti melakukan PCR test beberapa kali sehingga biayanya bisa Rp 5 juta, sementara perjalanannya saja bolak-balik Rp 1,5 juta," pungkasnya.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menerangkan, kenaikan harga tiket karena penurunan penumpang telah didiskusikan bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Hal ini menurutnya semata-mata agar industri penerbangan mampu bertahan di tengah tekanan akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
"Ini perlu kami diskusikan bersama, dan terus-menerus berkomunikasi dengan Kemenhub untuk memastikan bahwa industri ini punya napas berkelanjutan. Atas keberlanjutan ini, memastikan bahwa setiap penerbangan memperoleh peruntungan. Kalau distancing ini harus dipastikan dilakukan, tentu saja kita mesti me-review harga dari penerbangan tersebut," kata Irfan di Jakarta.
Meski begitu, dirinya memastikan kenaikan harga tiket tidak akan terlalu tinggi. Dimana selama penerapan new normal, Garuda harus melakukan berbagai pemeriksaan ketat yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Lebih lanjut Irfan menerangkan, perseroan akan mengklasifikasi orang-orang yang harus terbang, sementara masyarakat yang mau terbang harus berpikir dua samapi tiga kali untuk menggunakan jasa penerbangan karena prosesnya lebih kompleks dan lebih mahal. "Kita tengah menyusun proses bagi pemeriksaan calon penumpang pesawat akan lebih mahal," ungkapnya.
Sambung dia menambahkan, dengan adanya new normal pihaknya harus melakukan berbagai pemeriksaan ketat yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Salah satunya terkait PCR test yang membutuhkan Rp 2,5 juta, angka itu sudah jauh lebih mahal dari biaya bepergian dari satu tempat ke tempat lain khususnya yang berdekatan seperti dari Jakarta ke Surabaya.
"Apalagi kalau kita bepergian lebih dari 7 hari, kita mesti melakukan PCR test beberapa kali sehingga biayanya bisa Rp 5 juta, sementara perjalanannya saja bolak-balik Rp 1,5 juta," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda