Biaya Transfer Antarbank Turun, Penggila Belanja Online Bakal Makin Getol
Rabu, 27 Oktober 2021 - 14:00 WIB
JAKARTA - Penurunan biaya transfer antar bank mulai akhir 2021, diyakini bakal membuat semakin banyak orang rajin belanja online . Pasalnya Ekonom Universitas Indonesia Telisa Falianty menilai, masyarakat Indonesia tanpa dipungkiri masih sensitif terhadap harga.
Tidak terkecuali buat layanan jasa keuangan pun demikian, nasabah akan mencari alternatif yang menurutnya cara tersebut yang paling menguntungkan alias tidak merogoh kocek banyak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sensitivitas harga dari konsumen Indonesia masih cukup tinggi.
"Jadi harga itu masih mempengaruhi keputusan individu, apakah akan melakukan transaksi atau tidak. Jadi ketika harganya sedang tinggi mereka akan mem-pending dengan pakai cara-cara lainnya. Dengan adanya sistem BI Fast yang dikeluarkan Bank Indonesia, transaksi jadi bisa lebih cepat apalagi dengan harga yang lebih murah," katanya saat diskusi di Market Review, Rabu (27/10/2021).
Karakter konsumen terlihat dari transaksi di e-commerce di mana konsumen sangat mempertimbangkan harga dari setiap toko online. Di mana yang paling murah lah yang menjadi pilihan. Hal serupa pun terjadi pada jasa keuangan.
"Masyarakat kita itu masih sensitif sekali kalau soal harga. Naik sedikit saja mereka bisa malas atau beralih dengan cara lain. Sederhananya, kita bisa lihat secara gamblang kalau seseorang beli barang di marketplace. Pasti mereka akan seleksi barang yang sama tapi harganya yang lebih murah ya mana," ungkapnya.
Sebagai informasi, baru-baru ini Bank Indonesia (BI) mengumumkan biaya transfer antar bank akan turun menjadi maksimal Rp 2.500 untuk sekali transaksi. Di mana sebelumnya nasabah dikenakan biaya pengiriman uang jika bertransaksi beda bank yakni dengan tarif sebesar Rp 6.500.
Penurunan biaya transfer antar bank ini diberlakukan melalui program BI FAST Payment tahap pertama yang akan dimulai di pekan kedua Desember 2021. Program ini merupakan sistem baru yang akan menggantikan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
BI Fast merupakan infrastruktur sistem pembayaran bagi pelaku industri, ritel, dan UMKM lewat pembayaran transfer online. BI Fast akan memfasilitasi pembayaran ritel menggunakan berbagai instrumen dan kanal pembayaran secara tanpa batas waktu atau 24/7.
Telisa menambahkan, dulu sebelum adanya sistem baru ini, masyarakat akan sibuk mencari bank yang sama agar proses transaksi di mobile banking tidak terpotong biaya admin Rp 6.500. Di mana jika tidak ditemukan jenis bank yang sama maka keputusan menahan atau pending transaksi dapat terjadi.
"Kalau sistem lama itu biaya adminnya mahal ya. Jadi orang-orang pasti sibuk cari bank yang sama atau bahkan sampai bikin rekening baru supaya biaya adminnya bisa nol rupiah karena sesama bank yang dituju. Tapi nanti ketika kebijakan ini sudah mulai diterapkan, semua akan jadi lebih efisien," tandasnya.
Tidak terkecuali buat layanan jasa keuangan pun demikian, nasabah akan mencari alternatif yang menurutnya cara tersebut yang paling menguntungkan alias tidak merogoh kocek banyak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sensitivitas harga dari konsumen Indonesia masih cukup tinggi.
"Jadi harga itu masih mempengaruhi keputusan individu, apakah akan melakukan transaksi atau tidak. Jadi ketika harganya sedang tinggi mereka akan mem-pending dengan pakai cara-cara lainnya. Dengan adanya sistem BI Fast yang dikeluarkan Bank Indonesia, transaksi jadi bisa lebih cepat apalagi dengan harga yang lebih murah," katanya saat diskusi di Market Review, Rabu (27/10/2021).
Karakter konsumen terlihat dari transaksi di e-commerce di mana konsumen sangat mempertimbangkan harga dari setiap toko online. Di mana yang paling murah lah yang menjadi pilihan. Hal serupa pun terjadi pada jasa keuangan.
"Masyarakat kita itu masih sensitif sekali kalau soal harga. Naik sedikit saja mereka bisa malas atau beralih dengan cara lain. Sederhananya, kita bisa lihat secara gamblang kalau seseorang beli barang di marketplace. Pasti mereka akan seleksi barang yang sama tapi harganya yang lebih murah ya mana," ungkapnya.
Sebagai informasi, baru-baru ini Bank Indonesia (BI) mengumumkan biaya transfer antar bank akan turun menjadi maksimal Rp 2.500 untuk sekali transaksi. Di mana sebelumnya nasabah dikenakan biaya pengiriman uang jika bertransaksi beda bank yakni dengan tarif sebesar Rp 6.500.
Penurunan biaya transfer antar bank ini diberlakukan melalui program BI FAST Payment tahap pertama yang akan dimulai di pekan kedua Desember 2021. Program ini merupakan sistem baru yang akan menggantikan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
BI Fast merupakan infrastruktur sistem pembayaran bagi pelaku industri, ritel, dan UMKM lewat pembayaran transfer online. BI Fast akan memfasilitasi pembayaran ritel menggunakan berbagai instrumen dan kanal pembayaran secara tanpa batas waktu atau 24/7.
Telisa menambahkan, dulu sebelum adanya sistem baru ini, masyarakat akan sibuk mencari bank yang sama agar proses transaksi di mobile banking tidak terpotong biaya admin Rp 6.500. Di mana jika tidak ditemukan jenis bank yang sama maka keputusan menahan atau pending transaksi dapat terjadi.
"Kalau sistem lama itu biaya adminnya mahal ya. Jadi orang-orang pasti sibuk cari bank yang sama atau bahkan sampai bikin rekening baru supaya biaya adminnya bisa nol rupiah karena sesama bank yang dituju. Tapi nanti ketika kebijakan ini sudah mulai diterapkan, semua akan jadi lebih efisien," tandasnya.
(akr)
tulis komentar anda