Kurangi Dampak Corona, Kemenperin Pacu Investasi Sektor Padat Karya
Kamis, 04 Juni 2020 - 11:21 WIB
"Bahkan, Indonesia dinilai memiliki keunggulan untuk bisa dijadikan sebagai hub manufaktur di wilayah ASEAN," ujarnya. Selain itu, daya tarik lainnya bagi investor, Indonesia telah menyatakan kesiapan dalam menerapkan industri 4.0 melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.
Kemenperin mencatat, selama periode tahun 2015-2019, total nilai penanaman modal asing (PMA) dari sektor industri manufaktur sebesar USD61,5 miliar. Sedangkan, kontribusi dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp451,3 triliun.
Selama lima tahun terakhir tersebut, sektor yang memberikan sumbangsih terbesar pada PMA adalah industri logam dasar yang telah mengguyurkan dananya hingga USD12,8 miliar. Selanjutnya diikuti industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar USD9 miliar, serta industri makanan dan minuman menyentuh angka USD8 miliar.
Sementara itu, sektor yang dengan investasi PMDN tertinggi di periode yang sama berturut-turut adalah industri makanan dan minuman sebesar Rp158,3 triliun, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia mencapai Rp55,5 triliun, serta industri barang galian bukan logam menembus hingga Rp51,6 triliun.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) Suhat Miyarso menyebutkan, salah satu investasi yang terealisasi di awal tahun ini adalah pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), yang meliputi pabrik Butene-1, Methyl Tert-Butyl Ether (B1-MTBE). Pabrik ini mampu memproduksi Butene-1 hingga 43.000 ton per tahun dan Metil Tert-Butil Ether (MTBE) dengan kapasitas 127.000 ton per tahun.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengakui, sektor yang pertumbuhan investasinya cukup besar adalah industri logam dasar. "Ini sebagai efek dari impelementasi kebijakan pelarangan ekspor untuk raw materials atas logam mentah seperti nikel. Sektor ini memang besar peningkatannya untuk kategori industri manufaktur pada investasi PMA," terangnya.
Kemenperin mencatat, selama periode tahun 2015-2019, total nilai penanaman modal asing (PMA) dari sektor industri manufaktur sebesar USD61,5 miliar. Sedangkan, kontribusi dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp451,3 triliun.
Selama lima tahun terakhir tersebut, sektor yang memberikan sumbangsih terbesar pada PMA adalah industri logam dasar yang telah mengguyurkan dananya hingga USD12,8 miliar. Selanjutnya diikuti industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar USD9 miliar, serta industri makanan dan minuman menyentuh angka USD8 miliar.
Sementara itu, sektor yang dengan investasi PMDN tertinggi di periode yang sama berturut-turut adalah industri makanan dan minuman sebesar Rp158,3 triliun, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia mencapai Rp55,5 triliun, serta industri barang galian bukan logam menembus hingga Rp51,6 triliun.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) Suhat Miyarso menyebutkan, salah satu investasi yang terealisasi di awal tahun ini adalah pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), yang meliputi pabrik Butene-1, Methyl Tert-Butyl Ether (B1-MTBE). Pabrik ini mampu memproduksi Butene-1 hingga 43.000 ton per tahun dan Metil Tert-Butil Ether (MTBE) dengan kapasitas 127.000 ton per tahun.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengakui, sektor yang pertumbuhan investasinya cukup besar adalah industri logam dasar. "Ini sebagai efek dari impelementasi kebijakan pelarangan ekspor untuk raw materials atas logam mentah seperti nikel. Sektor ini memang besar peningkatannya untuk kategori industri manufaktur pada investasi PMA," terangnya.
(fai)
tulis komentar anda