Deal! Bandara Sydney Terjual Senilai Rp249 Triliun
Senin, 08 November 2021 - 14:36 WIB
JAKARTA - Pengelola Bandara Sydney menerima tawaran pengambilalihan senilai Aus$23,6 miliar atau sekitar Rp249 triliun (kurs 1 Aus$ Rp10.552) yang diajukan oleh sekelompok investor yang tergabung dalam Sydney Aviation Alliance (SAA). Jika terwujud, kesepakatan itu akan menjadi salah satu pembelian terbesar di Negeri Kanguru .
Kesepakatan itu muncul setelah SAA menaikkan tawarannya sebagai reaksi atas penolakan Sydney Airport Holdings Pty Ltd, pemilik bandara, terhadap tawaran diajukan SAA sebelumnya yang sebesar Rp247 triliun.
Meski harga telah oke, namun penyelesaian transaksi penjualan bisa memakan waktu berbulan-bulan. Pasalnya, ada sejumlah kendala potensial yang menghadang prosesnya, termasuk laporan independen tentang pengambilalihan tersebut.
Penyelesaian laporan independen itu membutuhkan persetujuan dari tiga perempat pemegang saham bandara, serta lampu hijau dari regulator Australia. Sementara, Dewan Bandara Sydney mengatakan bahwa pihaknya baru akan mengadakan pertemuan tentang kesepakatan itu pada kuartal pertama tahun 2022.
"Dewan Bandara Sydney percaya hasilnya mencerminkan nilai jangka panjang yang sesuai untuk bandara, dan dengan suara bulat merekomendasikan proposal tersebut kepada pemegang keamanan, dengan tunduk pada kondisi aturan, seperti persetujuan ahli independen dan tidak ada proposal superior," kata David Gonski, Ketua Bandara Sydney, dalam sebuah pernyataan ke bursa saham setempat, seperti dikutip dari BBC News, Senin (8/11/2021).
Pengumuman kesepakatan untuk operator bandara terbesar Australia datang tak lama setelah negara itu membuka kembali perbatasannya untuk perjalanan internasional. Sejak awal November, pengunjung luar negeri yang divaksinasi penuh telah diizinkan memasuki dua negara bagian terbesar Australia tanpa perlu karantina.
Kabar soal persetujuan harga ini langsung mendongkrak harga saham pengelola Bandara Sydney. Hari ini saham perusahaan Sydney Airport Holdings Pty Ltd naik sebesar 2,8%.
Kesepakatan itu muncul setelah SAA menaikkan tawarannya sebagai reaksi atas penolakan Sydney Airport Holdings Pty Ltd, pemilik bandara, terhadap tawaran diajukan SAA sebelumnya yang sebesar Rp247 triliun.
Meski harga telah oke, namun penyelesaian transaksi penjualan bisa memakan waktu berbulan-bulan. Pasalnya, ada sejumlah kendala potensial yang menghadang prosesnya, termasuk laporan independen tentang pengambilalihan tersebut.
Penyelesaian laporan independen itu membutuhkan persetujuan dari tiga perempat pemegang saham bandara, serta lampu hijau dari regulator Australia. Sementara, Dewan Bandara Sydney mengatakan bahwa pihaknya baru akan mengadakan pertemuan tentang kesepakatan itu pada kuartal pertama tahun 2022.
"Dewan Bandara Sydney percaya hasilnya mencerminkan nilai jangka panjang yang sesuai untuk bandara, dan dengan suara bulat merekomendasikan proposal tersebut kepada pemegang keamanan, dengan tunduk pada kondisi aturan, seperti persetujuan ahli independen dan tidak ada proposal superior," kata David Gonski, Ketua Bandara Sydney, dalam sebuah pernyataan ke bursa saham setempat, seperti dikutip dari BBC News, Senin (8/11/2021).
Baca Juga
Pengumuman kesepakatan untuk operator bandara terbesar Australia datang tak lama setelah negara itu membuka kembali perbatasannya untuk perjalanan internasional. Sejak awal November, pengunjung luar negeri yang divaksinasi penuh telah diizinkan memasuki dua negara bagian terbesar Australia tanpa perlu karantina.
Kabar soal persetujuan harga ini langsung mendongkrak harga saham pengelola Bandara Sydney. Hari ini saham perusahaan Sydney Airport Holdings Pty Ltd naik sebesar 2,8%.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda