Jokowi Ancang-ancang Stop Ekspor Bauksit Mentah Tahun Depan

Kamis, 18 November 2021 - 14:07 WIB
Presiden Joko Widodo menegaskan komitmen Indonesia mengembangkan hilirisasi tambang dengan menyetop ekspor bahan mentah. Foto/Ilustrasi/Dok. SINDOnews
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, setelah nikel pemerintah akan menyetop ekspor bahan mentah lainnya. Presiden mengatakan, kemungkinan tahun depan mulai menyetop ekspor bauksit mentah.

Kebijakan stop ekspor bahan mentah itu akan segera dilakukan jika fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit sudah jadi.



"Nikel pertama, sudah stop. Tahun depan mungkin bisa stop (ekspor) bauksit. Kalau smelter kita siap, stop bauksit. Sehingga kita membuka lapangan kerja, hilirisasi, industrialisasi di negara kita,” tegasnya di Jakarta, Kamis (18/11/2021).



Tak berhenti di situ, lanjut Kepala Negara, maka tahun berikutnya lagi pemerintah berencana menyetop ekspor tembaga. "Karena smelter kita di Gersik ini sudah hampir selesai. Stop!" ujarnya.

Presiden menegaskan, penyetopan ekspor bahan mentah ini dilakukan untuk memberi nilai tambah. Selain itu, pengembangan hilirisasi juga akan membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya.

"Dan itu mulai disadari oleh negara-negara lain. Mereka mau tidak mau harus investasi di Indonesia atau ber-partner dengan kita. Pilihannya hanya itu. Silahkan mau investasi sendiri bisa, mau dengan swasta silahkan, mau dengan BUMN silahkan. Kita terbuka," paparnya.



Jokowi pun menegaskan bahwa pemerintah tak takut meski kebijakannya ini berpotensi dilaporkan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dengan tegas Jokowi mengatakan, pemerintah akan melawan.

"Tapi jangan kamu tarik-tarik kita ke WTO gara-gara kita stop kirim raw material. Ndak, ndak, ndak. Dengan cara apapun akan kita lawan," tandasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More