Menguak Kesalahan Model Bisnis Garuda Indonesia, Erick Thohir: Sudah Puluhan Tahun

Kamis, 18 November 2021 - 21:28 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir menguak adanya kesalahan bisnis model Garuda Indonesia, yang dibeberkan olehnya telah terjadi selama puluhan tahun lamanya. Foto/Dok
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir mencatat kesalahan bisnis model PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, telah terjadi puluhan tahun lamanya. Kekeliruan managerial itu mencapai puncaknya saat pandemi Covid-19.

Sehingga, emiten dengan kode saham GIAA itu terpaksa menanggung beban keuangan yang tercatat terus merugi. Di lain sisi, perusahaan juga harus menanggung utang dengan nilai jumbo yakni Rp 139 triliun.

"Garuda ini bisa kanan, kiri, sejak awal bisnis modelnya sudah salah. Dan ini sudah berlanjut puluhan tahun. Dan meledaknya sekarang karena Covid juga," ujar Erick, dikutip Kamis (8/11/2021).





Kesalahan model bisnis yang dimaksud berupa dominasinya rute penerbangan internasional terhadap rute domestik. Padahal, ceruk pasar lokal diyakini lebih menguntungkan ketimbang pasar penerbangan global. Proses ini terjadi berpuluh tahun lamanya.

"Ketika apa, yang selama ini dimanja, karena kita punya domestik market yang sangat kuat, oknum di Garuda lebih senang membuka terus pemikiran ke luar negeri, yang akhirnya apa? Jumlah pesawat bermacam-macam, dibikin skenario, 'oh kalau terbang ke sini harus pakai pesawat ini'," paparnya.

Erick Thohir mengatakan, berdasarkan data saat ini penerbangan didominasi oleh penumpang domestik. Menurutnya 78% penumpang menggunakan jasa pesawat untuk bepergian antarpulau. Dia menambahkan, turis lokal berkontribusi sebanyak Rp1.400 triliun. Sedangkan 22% atau sekitar Rp300 triliun berasal dari turis mancanegara.

"Toh kalau kita lihat dari data sebelum Covid sendiri, 78 % adalah turis lokal, sisanya turis asing. Dari 78 % itu Rp1.400 triliun perputaran uangnya. Jadi memang nanti kita akan memfokuskan kepada penerbangan dalam negeri saja, ini untuk bisnis model perubahan," katanya.



Dia menilai pasar domestik merupakan terobosan paling realistis untuk menyelamatkan maskapai penerbangan pelat merah itu. "Ini yang harus kita hadapi, bahwa koneksitasnya itu bukan semata-mata bukan hari ini, sudah terjadi puluhan tahun," ungkapnya.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More