Di Wisuda IBS, Menteri PPN Ingatkan Pentingnya Produktivitas SDM
Minggu, 21 November 2021 - 19:04 WIB
Dia menambahkan, secara rata-rata lulusan STIE IBS ratio langsung bekerja setelah lulus atau di bawah masa tunggu 3 bulan hampir mencapai 90%. "Lulusan STIE IBS menyebar ke segala penjuru baik di dalam dan luar negeri," ujarnya.
Sementara itu, dalam acara wisuda tersebut, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo juga menyampaikan orasi ilmiah bertema "Memasuki Era Transformasi ekonomi dalam Era Digital".
Dalam orasinya, ia menegaskan bahwa pandemi Covid-19 telah melebarkan ketimpangan di kelompok yang paling rentan, seperti anak muda dan perempuan, termasuk UMKM. Antara lain, karena kehilangan pendapatan atau kehilangan pekerjaan, termasuk kesulitan menjalankan bisnis bagi UMKM.
"Selain ketimpangan ekonomi pada kelompok yang paling rentan, ada juga sejumlah tantangan yang harus dihadapi di masa pandemi, seperti privasi data, praktik peminjaman online, hingga kesulitan akses ke infrastruktur digital," ucapnya.
Untuk menghadapi hal itu, lanjutnya, Indonesia perlu fokus pada keuangan digital dan inklusi keuangan. Indonesia juga harus mampu menjadi ekonomi yang produktif, sustainable, dan inklusif. "Itu semua tergantung bagaimana kita memanfaatkan digitalisasi," kata Dody.
Di dalam langkah pengembangan ekonomi digital, Bank Indonesia turut berperan dalam menerapkan ekosistem keuangan digital yang kondusif dan akseleratif. "Untuk itu, kami punya blue print yang berbasis digital untuk menavigasi perkembangan ekonomi digital," ujarnya.
Lebih jauh ia menuturkan, ada lima pilar dalam blue print tersebut, yakni mendorong inklusi keuangan, mendukung digitalisasi perbankan melalui open banking, perlu adanya jaminan interlinkage antara fintech dan perbankan guna hindari kasus zero banking, menyeimbangkan antara inovasi dengan stabilitas, dan menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi digital.
Sementara itu, dalam acara wisuda tersebut, Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo juga menyampaikan orasi ilmiah bertema "Memasuki Era Transformasi ekonomi dalam Era Digital".
Dalam orasinya, ia menegaskan bahwa pandemi Covid-19 telah melebarkan ketimpangan di kelompok yang paling rentan, seperti anak muda dan perempuan, termasuk UMKM. Antara lain, karena kehilangan pendapatan atau kehilangan pekerjaan, termasuk kesulitan menjalankan bisnis bagi UMKM.
"Selain ketimpangan ekonomi pada kelompok yang paling rentan, ada juga sejumlah tantangan yang harus dihadapi di masa pandemi, seperti privasi data, praktik peminjaman online, hingga kesulitan akses ke infrastruktur digital," ucapnya.
Untuk menghadapi hal itu, lanjutnya, Indonesia perlu fokus pada keuangan digital dan inklusi keuangan. Indonesia juga harus mampu menjadi ekonomi yang produktif, sustainable, dan inklusif. "Itu semua tergantung bagaimana kita memanfaatkan digitalisasi," kata Dody.
Di dalam langkah pengembangan ekonomi digital, Bank Indonesia turut berperan dalam menerapkan ekosistem keuangan digital yang kondusif dan akseleratif. "Untuk itu, kami punya blue print yang berbasis digital untuk menavigasi perkembangan ekonomi digital," ujarnya.
Lebih jauh ia menuturkan, ada lima pilar dalam blue print tersebut, yakni mendorong inklusi keuangan, mendukung digitalisasi perbankan melalui open banking, perlu adanya jaminan interlinkage antara fintech dan perbankan guna hindari kasus zero banking, menyeimbangkan antara inovasi dengan stabilitas, dan menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi digital.
(fai)
tulis komentar anda