Duh, Minyak Goreng Diprediksi Masih Mahal hingga Tahun Depan
Rabu, 24 November 2021 - 13:55 WIB
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memprediksi kenaikan harga minyak goreng masih berlanjut hingga kuartal I tahun 2022. Hal ini disebabkan oleh menurunnya produksi minyak sawit di beberapa negara pemasok.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan menyebutkan, minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu komoditas yang mengalami supercycle atau kenaikan harga dalam kurun waktu yang lama.
"Ini berpotensi untuk terus bergerak bahkan kita sudah prediksi sampai kuartal I 2022 masih meningkat terus karena termasuk komoditas yang supercycle. Dan ini kemungkinan beranjak naik terus," ujar Oke dalam webinar yang digelar Indef, Rabu (24/11/2021).
Oke menjabarkan, penurunan produksi minyak sawit sudah terjadi di Malaysia dengan persentase 8 persen. Lalu, produksi CPO dari Kanada, sebagai pemasok minyak canola, juga turun 6 persen. "Lalu kemungkinan produksi CPO Indonesia akan turun dari target 49 juta ton menjadi 47 juta ton," sebutnya. Ditambah lagi, kata dia, saat ini terdapat krisis energi dari beberapa negara, seperti India, Cina dan negara-negara di Eropa.
Harga minyak jadi semakin melambung lantaran produsen minyak goreng di Indonesia belum terafiliasi dengan kebun sawit, sehingga mereka terlalu mengandalkan harga CPO secara global.
Untuk itu, kata Oke, pemerintah berkomitmen menjaga ketersediaan dan harga minyak goreng agar tidak memberatkan masyarakat, salah satunya dengan menggelontorkan stok minyak goreng kemasan yang dibanderol seharga Rp14.000 per liter.
"Kami sudah bicara dengan produsen, khusus untuk natal dan tahun baru, produsen sudah menyiapkan minyak goreng kemasan sederhana seharga Rp14.000 dan akan didistribusikan melalui ritel modern, dan ini disiapkan sebanyak 11 juta liter," bebernya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan menyebutkan, minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu komoditas yang mengalami supercycle atau kenaikan harga dalam kurun waktu yang lama.
"Ini berpotensi untuk terus bergerak bahkan kita sudah prediksi sampai kuartal I 2022 masih meningkat terus karena termasuk komoditas yang supercycle. Dan ini kemungkinan beranjak naik terus," ujar Oke dalam webinar yang digelar Indef, Rabu (24/11/2021).
Oke menjabarkan, penurunan produksi minyak sawit sudah terjadi di Malaysia dengan persentase 8 persen. Lalu, produksi CPO dari Kanada, sebagai pemasok minyak canola, juga turun 6 persen. "Lalu kemungkinan produksi CPO Indonesia akan turun dari target 49 juta ton menjadi 47 juta ton," sebutnya. Ditambah lagi, kata dia, saat ini terdapat krisis energi dari beberapa negara, seperti India, Cina dan negara-negara di Eropa.
Harga minyak jadi semakin melambung lantaran produsen minyak goreng di Indonesia belum terafiliasi dengan kebun sawit, sehingga mereka terlalu mengandalkan harga CPO secara global.
Untuk itu, kata Oke, pemerintah berkomitmen menjaga ketersediaan dan harga minyak goreng agar tidak memberatkan masyarakat, salah satunya dengan menggelontorkan stok minyak goreng kemasan yang dibanderol seharga Rp14.000 per liter.
"Kami sudah bicara dengan produsen, khusus untuk natal dan tahun baru, produsen sudah menyiapkan minyak goreng kemasan sederhana seharga Rp14.000 dan akan didistribusikan melalui ritel modern, dan ini disiapkan sebanyak 11 juta liter," bebernya.
(ind)
tulis komentar anda