Grab IPO di Nasdaq, Ekonomi Digital ASEAN Bakal Kian Melejit
Kamis, 02 Desember 2021 - 11:59 WIB
JAKARTA - Grab akan memulai pencatatan saham perdana atau IPO di bursa Nasdaq, Amerika Serikat pada hari ini, Kamis (2/12/2021). Listing ini bakal menjadi tonggak bersejarah sekaligus barometer utama ekonomi digital di Asia Tenggara (ASEAN).
Merger dengan perusahaan cangkang/special purpose acquisition vehicle (SPAC) Altimeter, membuat valuasi Grab dinilai mencapai USD40 miliar atau setara Rp575 triliun (asumsi kurs Rp14.300).
Ini merupakan debut manis bagi salah satu korporasi besar di wilayah Asia Tenggara. Di belakang Grab, sejumlah unicorn potensial dari dari beberapa negara memilik rencana yang sama untuk listing di New York.
Secara demografis, kawasan ASEAN memiliki 655 juta populasi dari kalangan muda yang haus atas perkembangan teknologi sebagai terobosan menyelesaikan masalah di masyarakat. Asia Tenggara menghadirkan peluang besar mengingat potensi pasar yang beragam dengan bahasa, budaya, dan segmentasi ekonomi yang berbeda.
Melansir Channel News Asia, Kamis (2/12), ekonomi digital kawasan ini diperkirakan bakal meningkat lebih dari dua kali lipat, terutama nilai total barang dagangan / gross merchandise value dari USD170 miliar pada 2021 menjadi USD363 miliar pada 2025, menurut laporan Temasek dan Google.
Pertumbuhan perdagangan gawai alias ponsel pintar yang terjangkau serta data seluler yang murah dinilai menjadi fondasi utama pertumbuhan ekonomi digital di wilayah ini. Apalagi, penetrasi internet telah mencapai 75 persen dan mayoritas pengguna memanfaatkan aplikasi yang tersedia.
Grab didirikan oleh Anthony Tan, yang kini menjabat sebagai CEO-nya, dan Tan Hooi Ling yang mengembangkan perusahaan berawal dari ide dalam kompetisi ventura Harvard Business School pada tahun 2011.
Sampai saat ini, Tan (39) telah memperluas layanan Grab setelah diluncurkan perdana sebagai aplikasi taksi di Malaysia pada 2012, yang kemudian kantor pusatnya dipindahkan ke Singapura.
Listing di Wall Street menjadi torehan terbesar bagi perusahaan asal Singapura berusia sembilan tahun tersebut, yang memulai operasi awalnya sebagai aplikasi ride-hailing, dan kini sudah merambah di 400 kota di delapan negara dengan menawarkan pelayanan pengiriman makanan, pembayaran, asuransi, hingga produk investasi.
Merger dengan perusahaan cangkang/special purpose acquisition vehicle (SPAC) Altimeter, membuat valuasi Grab dinilai mencapai USD40 miliar atau setara Rp575 triliun (asumsi kurs Rp14.300).
Ini merupakan debut manis bagi salah satu korporasi besar di wilayah Asia Tenggara. Di belakang Grab, sejumlah unicorn potensial dari dari beberapa negara memilik rencana yang sama untuk listing di New York.
Secara demografis, kawasan ASEAN memiliki 655 juta populasi dari kalangan muda yang haus atas perkembangan teknologi sebagai terobosan menyelesaikan masalah di masyarakat. Asia Tenggara menghadirkan peluang besar mengingat potensi pasar yang beragam dengan bahasa, budaya, dan segmentasi ekonomi yang berbeda.
Melansir Channel News Asia, Kamis (2/12), ekonomi digital kawasan ini diperkirakan bakal meningkat lebih dari dua kali lipat, terutama nilai total barang dagangan / gross merchandise value dari USD170 miliar pada 2021 menjadi USD363 miliar pada 2025, menurut laporan Temasek dan Google.
Pertumbuhan perdagangan gawai alias ponsel pintar yang terjangkau serta data seluler yang murah dinilai menjadi fondasi utama pertumbuhan ekonomi digital di wilayah ini. Apalagi, penetrasi internet telah mencapai 75 persen dan mayoritas pengguna memanfaatkan aplikasi yang tersedia.
Grab didirikan oleh Anthony Tan, yang kini menjabat sebagai CEO-nya, dan Tan Hooi Ling yang mengembangkan perusahaan berawal dari ide dalam kompetisi ventura Harvard Business School pada tahun 2011.
Sampai saat ini, Tan (39) telah memperluas layanan Grab setelah diluncurkan perdana sebagai aplikasi taksi di Malaysia pada 2012, yang kemudian kantor pusatnya dipindahkan ke Singapura.
Listing di Wall Street menjadi torehan terbesar bagi perusahaan asal Singapura berusia sembilan tahun tersebut, yang memulai operasi awalnya sebagai aplikasi ride-hailing, dan kini sudah merambah di 400 kota di delapan negara dengan menawarkan pelayanan pengiriman makanan, pembayaran, asuransi, hingga produk investasi.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda