Menko Luhut Kesal RI Ketergantungan Impor Alat Kesehatan
Sabtu, 04 Desember 2021 - 11:27 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi atau Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan menyoroti, ketergantungan impor alat kesehatan atau alkes yang membuat defisit perdagangan terus naik. Tercatat defisit perdagangan alat kesehatan Indonesia meningkat 4 kali lipat dari USD161 juta pada tahun 2013 menjadi USD 531 juta pada tahun 2020.
"Meningkatnya defisit perdagangan disebabkan impor alat kesehatan yang terus meningkat sejak tahun 2015. Selama dua tahun terakhir impor tumbuh dua digit (>10% yoy) dan mencapai USD703 juta pada tahun 2020," kata Menko Luhut di Jakarta, Sabtu (4/12/2021).
Sementara itu pertumbuhan ekspor terbatas yakni hanya sekitar 3-5% yoy dalam 3 tahun terakhir dan hanya mencapai USD 171 juta pada tahun 2020. Menurut Luhut, Indonesia mengandalkan produk impor sebagian besar untuk alat kesehatan kompleks.
“Kita punya segalanya di negara ini. Tapi hampir seluruh impor alat kesehatan Indonesia terus meningkat, dengan urutan dari tertinggi adalah Electrodiagnosis Devices (USD 87 juta), Ultrasonic Scanning Devices (USD 70 juta) dan Needles, catheters, cannula & more (USD 43 juta),” jelasnya.
Seiring dengan pandemi covid-19 yang berkepanjangan, Luhut menekankan bakal memacu pertumbuhan industri perawatan kesehatan. Pasalnya, ada perubahan permintaan konsumen, pertumbuhan kelas menengah, penemuan terapi baru, konsentrasi penyakit & peningkatan pandemi. Maka fokus pada pengendalian biaya, inovasi digital & telemedis menjadi keharusan.
“Industri kesehatan di Indonesia memiliki potensi besar, melihat naiknya pendapatan rumah tangga kelas menengah, dan kampanye perawatan kesehatan universal,” tandasnya.
Menurutnya dengan menunjukkan kemampuan Indonesia dalam hal penanganan Pandemi Covid-19 bisa memberikan dampak baik terhadap iklim investasi. Dipaparkan Luhut bahwa, kasus Covid-19 yang terus turun menjadi bukti kebijakan yang diterapkan berjalan baik.
“Kita mampu menangani pandemi ini dengan baik, Negara kita adalah Negara yang baik, Saya berjanji kalau kalian investasi di sini, kita akan menjaganya,” ujarnya.
"Meningkatnya defisit perdagangan disebabkan impor alat kesehatan yang terus meningkat sejak tahun 2015. Selama dua tahun terakhir impor tumbuh dua digit (>10% yoy) dan mencapai USD703 juta pada tahun 2020," kata Menko Luhut di Jakarta, Sabtu (4/12/2021).
Sementara itu pertumbuhan ekspor terbatas yakni hanya sekitar 3-5% yoy dalam 3 tahun terakhir dan hanya mencapai USD 171 juta pada tahun 2020. Menurut Luhut, Indonesia mengandalkan produk impor sebagian besar untuk alat kesehatan kompleks.
“Kita punya segalanya di negara ini. Tapi hampir seluruh impor alat kesehatan Indonesia terus meningkat, dengan urutan dari tertinggi adalah Electrodiagnosis Devices (USD 87 juta), Ultrasonic Scanning Devices (USD 70 juta) dan Needles, catheters, cannula & more (USD 43 juta),” jelasnya.
Seiring dengan pandemi covid-19 yang berkepanjangan, Luhut menekankan bakal memacu pertumbuhan industri perawatan kesehatan. Pasalnya, ada perubahan permintaan konsumen, pertumbuhan kelas menengah, penemuan terapi baru, konsentrasi penyakit & peningkatan pandemi. Maka fokus pada pengendalian biaya, inovasi digital & telemedis menjadi keharusan.
“Industri kesehatan di Indonesia memiliki potensi besar, melihat naiknya pendapatan rumah tangga kelas menengah, dan kampanye perawatan kesehatan universal,” tandasnya.
Menurutnya dengan menunjukkan kemampuan Indonesia dalam hal penanganan Pandemi Covid-19 bisa memberikan dampak baik terhadap iklim investasi. Dipaparkan Luhut bahwa, kasus Covid-19 yang terus turun menjadi bukti kebijakan yang diterapkan berjalan baik.
“Kita mampu menangani pandemi ini dengan baik, Negara kita adalah Negara yang baik, Saya berjanji kalau kalian investasi di sini, kita akan menjaganya,” ujarnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda