Ditinggal Partner, Pertamina Putuskan Tunda Proyek Kilang Bontang
Senin, 08 Juni 2020 - 08:56 WIB
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memutuskan menunda pembangunan kilang baru (Grass Root Refinery/GRR) atau kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur. Proyek dengan nilai investasi mencapai USD15 miliar dihentikan sementara karena ditinggal mitranya asal Oman, yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG).
“Bontang sempat jalan, tapi partnernya cabut, jadi kita hold dulu. Kita kaji lagi kebutuhan supply dan demand-nya seperti apa. Nanti kalau sudah clear, kita bicarakan lagi dengan stakeholder,” ujar Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang di Jakarta, kemarin.
Meski begitu, pihaknya memastikan bahwa pembangunan kilang baru lainnya, seperti di Tuban, Jawa Timur, tetap jalan. Namun, Pertamina akan fokus pada program pengembangan kilang eksisting (Refinery Development Master Plan/RDMP). “Program pembangunan kilang baru tetap jalan sesuai dengan keputusan menteri. Namun, prioritas saat ini yang sifatnya upgrading,” ungkap dia.
Berdasarkan laporan Pertamina, terdapat enam proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru. Untuk proyek RDMP, ada Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, Kilang Balongan, dan Kilang Cilacap, serta GRR ada dua kilang, yakni Kilang Tuban dan Kilang Bontang. Dari keseluruhan proyek tersebut membutuhkan investasi sebesar dana USD48 miliar. (Baca: Pertamina Didorong Cari Mitra Baru Bangun Kilang Bontang)
Apabila program RDMP dan GRR Pertamina berjalan sesuai rencana, maka kapasitas kilang Indonesia yang saat ini sekitar 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari pada 2026 mendatang.Adapun peningkatan tidak hanya terjadi pada sisi kuantitas, tapi juga kualitas. Produk BBM kilang Indonesia yang saat ini rata-rata masih sesuai standar EURO II akan meningkat menjadi standar EURO V. Pencapaian itu sudah dimulai ketika Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) selesai.
Melalui program PLBC, Kilang Cilacap telah memproduksi pertamax yang sudah masuk standar EURO IV sekitar 66% lebih banyak dari sebelumnya. Tidak hanya itu, dari seluruh proyek kilang tersebut diperkirakan bakal menyediakan lapangan pekerjaan sekitar 130.000 orang saat konstruksi dan sekitar 10.000 orang saat operasi serta membuka jutaan pekerjaan di berbagai sektor.
Terkait proyek GRR Bontang ditargetkan mampu membangun kilang baru berkapasitas 300.000 barel per hari. Pertamina sempat menggandeng mitra OOG dan menandatangani perjanjian framework agreement pada 2018 lalu.
Kilang Balongan
Di sisi lain, Pertamina masih berpeluang melanjutkan kerja sama dengan investor asal Uni Emiart Arab, yakni Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) untuk membangun fasilitas pengolahan dan produksi petrokimia di area Kilang Balongan. Pembangunan fasilitas itu merupakan bagian dari program pengembangan kilang Pertamina yang terdiri dari tiga fase, yakni fase pertama, fase kedua, dan fase ketiga.
“Bontang sempat jalan, tapi partnernya cabut, jadi kita hold dulu. Kita kaji lagi kebutuhan supply dan demand-nya seperti apa. Nanti kalau sudah clear, kita bicarakan lagi dengan stakeholder,” ujar Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang di Jakarta, kemarin.
Meski begitu, pihaknya memastikan bahwa pembangunan kilang baru lainnya, seperti di Tuban, Jawa Timur, tetap jalan. Namun, Pertamina akan fokus pada program pengembangan kilang eksisting (Refinery Development Master Plan/RDMP). “Program pembangunan kilang baru tetap jalan sesuai dengan keputusan menteri. Namun, prioritas saat ini yang sifatnya upgrading,” ungkap dia.
Berdasarkan laporan Pertamina, terdapat enam proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru. Untuk proyek RDMP, ada Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, Kilang Balongan, dan Kilang Cilacap, serta GRR ada dua kilang, yakni Kilang Tuban dan Kilang Bontang. Dari keseluruhan proyek tersebut membutuhkan investasi sebesar dana USD48 miliar. (Baca: Pertamina Didorong Cari Mitra Baru Bangun Kilang Bontang)
Apabila program RDMP dan GRR Pertamina berjalan sesuai rencana, maka kapasitas kilang Indonesia yang saat ini sekitar 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari pada 2026 mendatang.Adapun peningkatan tidak hanya terjadi pada sisi kuantitas, tapi juga kualitas. Produk BBM kilang Indonesia yang saat ini rata-rata masih sesuai standar EURO II akan meningkat menjadi standar EURO V. Pencapaian itu sudah dimulai ketika Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) selesai.
Melalui program PLBC, Kilang Cilacap telah memproduksi pertamax yang sudah masuk standar EURO IV sekitar 66% lebih banyak dari sebelumnya. Tidak hanya itu, dari seluruh proyek kilang tersebut diperkirakan bakal menyediakan lapangan pekerjaan sekitar 130.000 orang saat konstruksi dan sekitar 10.000 orang saat operasi serta membuka jutaan pekerjaan di berbagai sektor.
Terkait proyek GRR Bontang ditargetkan mampu membangun kilang baru berkapasitas 300.000 barel per hari. Pertamina sempat menggandeng mitra OOG dan menandatangani perjanjian framework agreement pada 2018 lalu.
Kilang Balongan
Di sisi lain, Pertamina masih berpeluang melanjutkan kerja sama dengan investor asal Uni Emiart Arab, yakni Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) untuk membangun fasilitas pengolahan dan produksi petrokimia di area Kilang Balongan. Pembangunan fasilitas itu merupakan bagian dari program pengembangan kilang Pertamina yang terdiri dari tiga fase, yakni fase pertama, fase kedua, dan fase ketiga.
tulis komentar anda