Peneliti Indef Ungkap 2 Jenis Perilaku UMKM
Kamis, 09 Desember 2021 - 07:42 WIB
JAKARTA - Peneliti Indef, Eisha M. Rachbini, mengkritisi kebijakan terhadap pelaku UMKM di Indonesia yang tidak serius mendorong mereka untuk naik kelas. Menurutnya terdapat dua kemungkinan, yaitu golongan UMKM yang tidak mampu dan yang tidak mau naik kelas.
"UMKM yang tidak mampu naik kelas bisa dibantu dengan pelatihan agar profil mereka bagus. Tapi ada juga yang bertahan karena nyaman dengan berbagai bantuan," ujar Eisha dalam webinar evaluasi akhir tahun di Jakarta (8/12/2021).
Dia mengatakan struktur usaha di Indonesia didominasi oleh usaha mikro yang sebesar 98,6%. Sementara kategori usaha kecil dan usaha menengah memiliki porsi sebesar 1,22% dan 0,1%.
"Tantangan UMKM di Indonesia adalah fenomena missing middle pada UMKM Indonesia. Kemudian juga sindrom Peter Pan, yaitu regulasi dan insentif membuat usaha kecil tetap kecil. Kondisi ini menjadi tantangan untuk UMKM naik kelas," katanya.
Dia mengatakan usaha mikro memiliki kontribusi yang besar terhadap tenaga kerja Indonesia. Sementara kontribusi GDP usaha kecil dan menengah tidak sebesar kontribusi dari usaha mikro dan besar.
"Ada fenomena missing middle pada struktur usaha di Indonesia," katanya.
Dia mengatakan harus ada evaluasi untuk sektor perdagangan di Indonesia. Khususnya seperti apa dan berapa besar nilai tambahnya bagi GDP.
"Jangan hanya menjual barang saja. Nanti bisa jadi bumerang bagi neraca perdagangan. Harus diberikan insentif untuk UMKM yang punya nilai tambah GDP dan ketenagakerjaan," katanya.
"UMKM yang tidak mampu naik kelas bisa dibantu dengan pelatihan agar profil mereka bagus. Tapi ada juga yang bertahan karena nyaman dengan berbagai bantuan," ujar Eisha dalam webinar evaluasi akhir tahun di Jakarta (8/12/2021).
Dia mengatakan struktur usaha di Indonesia didominasi oleh usaha mikro yang sebesar 98,6%. Sementara kategori usaha kecil dan usaha menengah memiliki porsi sebesar 1,22% dan 0,1%.
"Tantangan UMKM di Indonesia adalah fenomena missing middle pada UMKM Indonesia. Kemudian juga sindrom Peter Pan, yaitu regulasi dan insentif membuat usaha kecil tetap kecil. Kondisi ini menjadi tantangan untuk UMKM naik kelas," katanya.
Dia mengatakan usaha mikro memiliki kontribusi yang besar terhadap tenaga kerja Indonesia. Sementara kontribusi GDP usaha kecil dan menengah tidak sebesar kontribusi dari usaha mikro dan besar.
"Ada fenomena missing middle pada struktur usaha di Indonesia," katanya.
Dia mengatakan harus ada evaluasi untuk sektor perdagangan di Indonesia. Khususnya seperti apa dan berapa besar nilai tambahnya bagi GDP.
"Jangan hanya menjual barang saja. Nanti bisa jadi bumerang bagi neraca perdagangan. Harus diberikan insentif untuk UMKM yang punya nilai tambah GDP dan ketenagakerjaan," katanya.
(uka)
tulis komentar anda