Harga LPG 12 Kg Naik Dinilai Wajar, Pertamina Sudah Menanggung Rugi Sejak 2017
Selasa, 28 Desember 2021 - 13:44 WIB
JAKARTA - Kenaikan harga LPG non subsidi dengan besaran Rp1.600 hingga Rp2.600 per kg-nya dinilai sudah tepat. Pasalnya terang Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengungkapkan, Pertamina sudah menanggung rugi dalam beberapa tahun terakhir.
Sambungnya Pertamina sendiri sudah merugi karena tidak menaikkan harga LPG non subsidi sejak 2017, padahal harga Contract Price Aramco (CPA) naik signifikan hingga tahun ini. " Pertamina jadinya mensubsidi orang yang mampu, karena konsumen LPG NPSO ini hanya 7,5% dari total penjualan di Pertamina," ujar Mamit kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (28/12/2021).
Oleh karenanya, kenaikan harga LPG non subsidi dengan besaran Rp 1.600 hingga Rp 2.600 per kgnya sudah tepat." Hal ini sudah memperhitungkan daya beli masyarakat," paparnya.
Sementara itu di pasaran, harga LPG 12 kg meroket hingga Rp 173.000 dari yang sebelumnya Rp 150.000. Dikhawatirkan, pelanggan LPG 12 kg akan beralih ke LPG 'melon' atau subsidi.
"Saya kira pasti ada pengaruhnya. Saya memang khawatir nanti akan terjadi migrasi dari pengguna LPG NPSO (Non subsidi) ke LPG PSO (subsidi) atau 3 kg mengingat disaparitas harga yang sangat jauh," ungkapnya.
Mamit berujar, di sisi lain, pengguna LPG non subsidi adalah masyarakat menengah ke atas yang menilai produk LPG dari faktor keamanannya. Terang dia, mereka akan berpikir dua kali sebelum beralih karena LPG 12 kg dinilai lebih aman dalam penggunaan.
Sambungnya Pertamina sendiri sudah merugi karena tidak menaikkan harga LPG non subsidi sejak 2017, padahal harga Contract Price Aramco (CPA) naik signifikan hingga tahun ini. " Pertamina jadinya mensubsidi orang yang mampu, karena konsumen LPG NPSO ini hanya 7,5% dari total penjualan di Pertamina," ujar Mamit kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (28/12/2021).
Oleh karenanya, kenaikan harga LPG non subsidi dengan besaran Rp 1.600 hingga Rp 2.600 per kgnya sudah tepat." Hal ini sudah memperhitungkan daya beli masyarakat," paparnya.
Sementara itu di pasaran, harga LPG 12 kg meroket hingga Rp 173.000 dari yang sebelumnya Rp 150.000. Dikhawatirkan, pelanggan LPG 12 kg akan beralih ke LPG 'melon' atau subsidi.
"Saya kira pasti ada pengaruhnya. Saya memang khawatir nanti akan terjadi migrasi dari pengguna LPG NPSO (Non subsidi) ke LPG PSO (subsidi) atau 3 kg mengingat disaparitas harga yang sangat jauh," ungkapnya.
Mamit berujar, di sisi lain, pengguna LPG non subsidi adalah masyarakat menengah ke atas yang menilai produk LPG dari faktor keamanannya. Terang dia, mereka akan berpikir dua kali sebelum beralih karena LPG 12 kg dinilai lebih aman dalam penggunaan.
(akr)
tulis komentar anda