70% Komponen Pembangkit Dimpor, TKDN Perlu Digenjot demi Kemandirian Energi
Kamis, 30 Desember 2021 - 09:23 WIB
JAKARTA - PT PLN (Persero) terus mendorong penggunaan komponen lokal dalam berbagai proyek ketenagalistrikan. Namun, pelaksanaannya diakui masih belum optimal.
Di aspek tertentu, Tingkat Komponen Dalam Negeri ( TKDN )-nya tercatat masih cukup rendah. Misalnya dalam proyek pembangkit listrik yang TKDN-nya masih 29,48%. Artinya, lebih dari 70% komponen pembangkit listrik masih menggunakan produk impor.
"Memang pembangkit masih jauh di belakang karena teknologi pembangkit masih sulit kita kejar dan masih banyak kita impor, ini tantangan yang kita upayakan peningkatannya," ujar EVP Perencanaan dan Enjineering Konstruksi PLN Anang Yahmadi dalam webinar Kemandirian Industri dan EBT, Rabu (29/12/2021).
Anang mengatakan, meski demikian, kontraktor nasional masih menjadi leader Kerjasama Operasi (KSO) untuk proyek pembangkit kecil dengan kapasitas hingga 100 MW dan tetap menjadi anggota KSO pada skala yang lebih besar.
Lalu, produsen-produsen asing di proyek pembangkit listrik wajib bermitra dengan perusahaan nasional dalam proses manufaktur atau fabrikasi. Selain itu, penggunaan Modul Surya berTKDN dan target TKDN pembangkit diwajibkan penggunaannya di dalam proyek.
"Kami juga mensyaratkan penggunaan daftar penyedia terseleksi (DPT-Vendor List) part atau equipment dan peralatan lokal yang terkualifikasi PLN di dalam proyek," ujarnya.
Adapun, penggunaan TKDN dalam proyek ketenagalistrikan PLN mencapai 48,31% dengan nilai Rp37,92 triliun. Porsi TKDN terbanyak terdapat di aspek transmisi dengan jumlah 78,49%.
Wakil Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kementerian Perindustrian Herman Supriadi juga terus mendorong industri dalam negeri untuk menggenjot TKDN, termasuk dalam pembangunan pembangkit EBT. "Jangan hanya menjadi penonton, apalagi aturan untuk penggunaan TKDN sudah ada," katanya.
Di aspek tertentu, Tingkat Komponen Dalam Negeri ( TKDN )-nya tercatat masih cukup rendah. Misalnya dalam proyek pembangkit listrik yang TKDN-nya masih 29,48%. Artinya, lebih dari 70% komponen pembangkit listrik masih menggunakan produk impor.
"Memang pembangkit masih jauh di belakang karena teknologi pembangkit masih sulit kita kejar dan masih banyak kita impor, ini tantangan yang kita upayakan peningkatannya," ujar EVP Perencanaan dan Enjineering Konstruksi PLN Anang Yahmadi dalam webinar Kemandirian Industri dan EBT, Rabu (29/12/2021).
Anang mengatakan, meski demikian, kontraktor nasional masih menjadi leader Kerjasama Operasi (KSO) untuk proyek pembangkit kecil dengan kapasitas hingga 100 MW dan tetap menjadi anggota KSO pada skala yang lebih besar.
Lalu, produsen-produsen asing di proyek pembangkit listrik wajib bermitra dengan perusahaan nasional dalam proses manufaktur atau fabrikasi. Selain itu, penggunaan Modul Surya berTKDN dan target TKDN pembangkit diwajibkan penggunaannya di dalam proyek.
"Kami juga mensyaratkan penggunaan daftar penyedia terseleksi (DPT-Vendor List) part atau equipment dan peralatan lokal yang terkualifikasi PLN di dalam proyek," ujarnya.
Adapun, penggunaan TKDN dalam proyek ketenagalistrikan PLN mencapai 48,31% dengan nilai Rp37,92 triliun. Porsi TKDN terbanyak terdapat di aspek transmisi dengan jumlah 78,49%.
Wakil Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kementerian Perindustrian Herman Supriadi juga terus mendorong industri dalam negeri untuk menggenjot TKDN, termasuk dalam pembangunan pembangkit EBT. "Jangan hanya menjadi penonton, apalagi aturan untuk penggunaan TKDN sudah ada," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda