Tahun Ini Industri Mamin Masih Dihadapkan Tantangan Impor Bahan Baku
Senin, 03 Januari 2022 - 14:17 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia ( Gapmmi ) Adhi S Lukman mengatakan, impor bahan baku masih menjadi tantangan bagi industri makanan dan minuman (mamin) . Rata-rata bahan baku industri makanan minuman masih impor, mulai dari terigu, kedelai, hingga gula industri.
"Inilah ke depan kita harus pikirkan cara meningkatkan produksi dalam negeri supaya ketergantungan terhadap impor tidak terlalu tinggi. Bahan baku ini menjadi yang utama di dalam produksi makanan minuman," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Senin (3/1/2022).
Dia melanjutkan, tingginya harga bahan baku menjadi tantangan bagi industri makanan dan minuman saat ini. Menurut dia, selama pandemi Covid-19 terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan akibat adanya lockdown di beberapa negara.
"Di satu negara tertentu permintaannya melonjak sangat cepat sekali setelah lockdown. Kemudian di negara produsen tertentu ini agak lambat pertumbuhannya. Inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan sehingga terjadi kenaikan yang mendadak. FAO melaporkan bahwa kenaikan harga komoditi pangan rata-rata sebesar 33% tahun lalu," jelasnya.
Untuk itu Indonesia perlu mencari alternatif bahan baku dari dalam negeri maupun luar negeri yang tidak mengurangi mutu, tetapi bisa lebih efisien dan lebih murah.
"Ini tantangan terbesar dari industri mamin. Karena selama tahun lalu itu ternyata bukan hanya bahan baku utama saja yang naik, tapi bahan baku mikro seperti bahan tambahan pangan. Itu semua naik mulai dari flavor, pewarna dan lain sebagainya," jelasnya.
Tantangan lainnya adalah menjaga alternatif logistik yang lebih murah. Bahkan biaya pengapalan bisa sampai 5-6 kali lipat untuk negara-negara yang tujuannya semakin jauh.
"Kemudian yang harus kita kembangkan adalah memasarkan produk di era digital. Kita harus ikut berubah supaya bisa terus menyebar produk-produk sehingga kita bisa mencapai pertumbuhan yang diharapkan," pungkasnya.
"Inilah ke depan kita harus pikirkan cara meningkatkan produksi dalam negeri supaya ketergantungan terhadap impor tidak terlalu tinggi. Bahan baku ini menjadi yang utama di dalam produksi makanan minuman," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Senin (3/1/2022).
Dia melanjutkan, tingginya harga bahan baku menjadi tantangan bagi industri makanan dan minuman saat ini. Menurut dia, selama pandemi Covid-19 terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan akibat adanya lockdown di beberapa negara.
"Di satu negara tertentu permintaannya melonjak sangat cepat sekali setelah lockdown. Kemudian di negara produsen tertentu ini agak lambat pertumbuhannya. Inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan sehingga terjadi kenaikan yang mendadak. FAO melaporkan bahwa kenaikan harga komoditi pangan rata-rata sebesar 33% tahun lalu," jelasnya.
Untuk itu Indonesia perlu mencari alternatif bahan baku dari dalam negeri maupun luar negeri yang tidak mengurangi mutu, tetapi bisa lebih efisien dan lebih murah.
"Ini tantangan terbesar dari industri mamin. Karena selama tahun lalu itu ternyata bukan hanya bahan baku utama saja yang naik, tapi bahan baku mikro seperti bahan tambahan pangan. Itu semua naik mulai dari flavor, pewarna dan lain sebagainya," jelasnya.
Tantangan lainnya adalah menjaga alternatif logistik yang lebih murah. Bahkan biaya pengapalan bisa sampai 5-6 kali lipat untuk negara-negara yang tujuannya semakin jauh.
"Kemudian yang harus kita kembangkan adalah memasarkan produk di era digital. Kita harus ikut berubah supaya bisa terus menyebar produk-produk sehingga kita bisa mencapai pertumbuhan yang diharapkan," pungkasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda