Desain Arsitektur Nusantara dengan Paduan Unsur Lokal dalam Tatanan Modern
Rabu, 10 Juni 2020 - 11:45 WIB
JAKARTA - Setiap tahunnya tren arsitektur selalu mengalami perkembangan, mulai dari desain modern hingga menyatukan antara unsur tradisional dan modern. Kenyataannya tuntutan desain memang selalu dihadapkan pada perubahan yang baru, termasuk dalam perkembangan arsitektur Nusantara.
Seperti yang dikatakan Cosmas Gozali, arsitek Indonesia yang terkenal dengan karya-karya kontemporernya, arsitektur Nusantara adalah arsitektur yang menyangkut pada dasar budaya-budaya yang ada di Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Namun, saat ini tidak hanya satu budaya yang bisa dimasukkan dalam unsur ruangan, melainkan bisa menggabungkan banyak unsur.
Contohnya, kita bisa menggunakan ragam ukiran Jepara di dalam salah satu sudut ruangan yang bertemakan minimalis. Gabungan kedua unsur ini mampu menciptakan kesan unik sekaligus membuat suasana menjadi lebih natural. (Baca: 5 Solusi Terbaik Menghilangkan Ketiak yang Gelap)
Lantas, bagaimana cara Cosmas mengadopsi kekuatan masa lalu itu dan membawanya ke masa kini dalam karya-karyanya. “Usahakan untuk mengenal budaya itu. Pergi ke daerah dan bicara dengan siapa saja dari segala lapisan. Menganalisis budaya yang melekat pada lapisan masyarakat dari satu daerah, dari sana kita bisa mengambil benang merahnya,” ujarnya.
Kemajuan teknologi memang membawa begitu banyak perubahan. Namun, penggunaan material dan penataan ruang yang mengacu pada kehidupan modern yang tentu saja berbeda dengan kehidupan manusia Indonesia masa lalu.
Bagaimana sikap, kehidupan, dan ragam sosial yang ada pada zaman itu dapat dimasukkan dalam bangunan modern yang banyak berkembang saat ini?
“Saya mengambil unsur kejiwaan atau soul dari kehidupan masa lalu. Jadi, bukan sekadar bicara visual (bentuk atau gaya),” ujar Cosmas seraya menambahkan bahwa sering pula ia mengaplikasikan bentuk, namun itu pasti harus melalui proses pengolahan.
Tentang budaya masyarakat Indonesia yang suka hidup berkelompok, bagaimana implementasinya dalam bangunan modern saat ini? Nah, kecenderungan masyarakat di kota besar adalah semakin individual. Padahal prinsipnya, budaya kita adalah budaya yang hidup bersama-sama atau komunal.
“Saya selalu membangun tempat-tempat yang digunakan secara komunal agar manusia dapat berinteraksi kembali terhadap manusia lainnya. Itu harus kita sediakan dengan baik agar memotivasi orang untuk hidup bersama-sama kembali,” ujar Cosmas. (Baca juga: Tips Mudah Cari Hunian Idaman)
Seperti yang dikatakan Cosmas Gozali, arsitek Indonesia yang terkenal dengan karya-karya kontemporernya, arsitektur Nusantara adalah arsitektur yang menyangkut pada dasar budaya-budaya yang ada di Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Namun, saat ini tidak hanya satu budaya yang bisa dimasukkan dalam unsur ruangan, melainkan bisa menggabungkan banyak unsur.
Contohnya, kita bisa menggunakan ragam ukiran Jepara di dalam salah satu sudut ruangan yang bertemakan minimalis. Gabungan kedua unsur ini mampu menciptakan kesan unik sekaligus membuat suasana menjadi lebih natural. (Baca: 5 Solusi Terbaik Menghilangkan Ketiak yang Gelap)
Lantas, bagaimana cara Cosmas mengadopsi kekuatan masa lalu itu dan membawanya ke masa kini dalam karya-karyanya. “Usahakan untuk mengenal budaya itu. Pergi ke daerah dan bicara dengan siapa saja dari segala lapisan. Menganalisis budaya yang melekat pada lapisan masyarakat dari satu daerah, dari sana kita bisa mengambil benang merahnya,” ujarnya.
Kemajuan teknologi memang membawa begitu banyak perubahan. Namun, penggunaan material dan penataan ruang yang mengacu pada kehidupan modern yang tentu saja berbeda dengan kehidupan manusia Indonesia masa lalu.
Bagaimana sikap, kehidupan, dan ragam sosial yang ada pada zaman itu dapat dimasukkan dalam bangunan modern yang banyak berkembang saat ini?
“Saya mengambil unsur kejiwaan atau soul dari kehidupan masa lalu. Jadi, bukan sekadar bicara visual (bentuk atau gaya),” ujar Cosmas seraya menambahkan bahwa sering pula ia mengaplikasikan bentuk, namun itu pasti harus melalui proses pengolahan.
Tentang budaya masyarakat Indonesia yang suka hidup berkelompok, bagaimana implementasinya dalam bangunan modern saat ini? Nah, kecenderungan masyarakat di kota besar adalah semakin individual. Padahal prinsipnya, budaya kita adalah budaya yang hidup bersama-sama atau komunal.
“Saya selalu membangun tempat-tempat yang digunakan secara komunal agar manusia dapat berinteraksi kembali terhadap manusia lainnya. Itu harus kita sediakan dengan baik agar memotivasi orang untuk hidup bersama-sama kembali,” ujar Cosmas. (Baca juga: Tips Mudah Cari Hunian Idaman)
Lihat Juga :
tulis komentar anda