Ekspor Bahan Mentah sejak Zaman VOC, Jokowi: Stop, Nggak Bisa Kita Teruskan!
Senin, 17 Januari 2022 - 12:51 WIB
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa meski di tengah masa pandemi transformasi besar yang tengah dilakukan tidak boleh berhenti. Salah satunya adalah percepatan transformasi ekonomi menuju ke sebuah ekonomi yang memiliki nilai tambah yang tinggi.
Terkait hal tersebut, Jokowi telah memutuskan untuk mengentikan ekspor bahan mentah . Pasalnya, ekspor bahan mentah Indonesia sudah dilakukan sejak zaman VOC Belanda.
"Sudah berapa ratus tahun kita, bahan mentah kita kirim ke luar, utamanya ke Eropa. Sejak zaman VOC yang kita kirim selalu bahan mentah, yang selalu kita kirim selalu raw material. Oleh sebab itu, sejak 2020 saya sampaikan nggak bisa kita terus-teruskan. Stop," katanya dalam acara Dies Natalis ke-67 Universitas Parahyangan, Senin (17/1/2022).
Bahan mentah yang pertama disetop ekspornya adalah nikel. Dia mengatakan bahwa nikel yang diekspor harus dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi.
"Ekspor nikel kita stop. Bahan mentah nikel stop. Harus diproduksi di negara kita sendiri. Baik menjadi barang jadi maupun barang setengah jadi. Tapi jangan bahan mentah, jangan raw material," tuturnya.
Jokowi mengatakan akhir tahun ini pemerintah akan menghentikan ekspor bahan mentah bauksit. Sementara tahun depan juga akan dihentikan ekspor bahan mentah tembaga.
"Kita ingin nilai tambah itu ada di tanah air. Sehingga selain memberikan penerimaan negara yang semakin besar berupa pajak, berupa royalti, berupa penerimaan negara bukan pajak, juga bisa membuka lapangan kerja yg sebesar-besarnya untuk rakyat kita," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Jokowi mengatakan ada kenaikan nilai ekspor yang signifikan dari penghentian ekspor bahan mentah nikel. Dimana sebelumnya ekspor bahan mentah nikel menghasilkan USD1 miliar atau Rp15 triliunan. Sementara setelah di ekspor dalam bentuk bahan jadi maupun setengah jadi, nilai yang dihasilkan mencapai Rp300 triliun.
"Saya cek akhir tahun kemarin ekspor kita untuk besi baja, artinya besi baja ini dari nikel menghasilkan USD 20,8 miliar, Rp300 triliun. Dari Rp15 triliun melompat menjadi Rp300 triliun. Dan membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak sekali," tuturnya.
Terkait hal tersebut, Jokowi telah memutuskan untuk mengentikan ekspor bahan mentah . Pasalnya, ekspor bahan mentah Indonesia sudah dilakukan sejak zaman VOC Belanda.
"Sudah berapa ratus tahun kita, bahan mentah kita kirim ke luar, utamanya ke Eropa. Sejak zaman VOC yang kita kirim selalu bahan mentah, yang selalu kita kirim selalu raw material. Oleh sebab itu, sejak 2020 saya sampaikan nggak bisa kita terus-teruskan. Stop," katanya dalam acara Dies Natalis ke-67 Universitas Parahyangan, Senin (17/1/2022).
Bahan mentah yang pertama disetop ekspornya adalah nikel. Dia mengatakan bahwa nikel yang diekspor harus dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi.
"Ekspor nikel kita stop. Bahan mentah nikel stop. Harus diproduksi di negara kita sendiri. Baik menjadi barang jadi maupun barang setengah jadi. Tapi jangan bahan mentah, jangan raw material," tuturnya.
Jokowi mengatakan akhir tahun ini pemerintah akan menghentikan ekspor bahan mentah bauksit. Sementara tahun depan juga akan dihentikan ekspor bahan mentah tembaga.
"Kita ingin nilai tambah itu ada di tanah air. Sehingga selain memberikan penerimaan negara yang semakin besar berupa pajak, berupa royalti, berupa penerimaan negara bukan pajak, juga bisa membuka lapangan kerja yg sebesar-besarnya untuk rakyat kita," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Jokowi mengatakan ada kenaikan nilai ekspor yang signifikan dari penghentian ekspor bahan mentah nikel. Dimana sebelumnya ekspor bahan mentah nikel menghasilkan USD1 miliar atau Rp15 triliunan. Sementara setelah di ekspor dalam bentuk bahan jadi maupun setengah jadi, nilai yang dihasilkan mencapai Rp300 triliun.
"Saya cek akhir tahun kemarin ekspor kita untuk besi baja, artinya besi baja ini dari nikel menghasilkan USD 20,8 miliar, Rp300 triliun. Dari Rp15 triliun melompat menjadi Rp300 triliun. Dan membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak sekali," tuturnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda