Industri Sawit Tahan Banting di Tengah Pandemi Covid-19

Kamis, 11 Juni 2020 - 14:15 WIB
Manurut Fadhil, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk menyelamatkan program B-30. Yaitu dengan meningkatkan pungutan menjadi USD55 dari USD50 sebelumnya. Selain itu, pemerintah telah mengalokasikan anggaran negara sebesar Rp2,87 triliun untuk program tersebut. "Komitmen pemerintah terhadap program B30 Ini telah menyelamatkan industri sawit," ungkapnya.

Fadhil memperkirakan produksi sawit tahun 2020 sebesar 43,7 juta ton. Sedangkan ekspor minyak sawit (CPO) akan mencapai 27,5 juta ton pada tahun 2020. Angka ini menurun dibandingkan dengan produksi dan ekspor pada tahun 2019 yang masing-masing sebesar 45,5 juta ton dan 28,5 juta ton. Untuk ke depan, imbuh dia, memang diperlukan konsistensi pemerintah untuk berbagi beban dalam menjaga kelansungan industri sawit.

Senada, Direktur Sustainability & Stakeholder Relations Asian Agri Bernard A Riedo mengungkapkan komitmen Asian Agri untuk menjaga keberlanjutan industri sawit. "Menjadi fokus industri sawit untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan saat ini dengan memperhatikan kebutuhan masa yang akan datang dari sudut pandang ekonomi, lingkungan dan sosial," kata Bernard.

Selaras dengan filosofi founder, Asian Agri berkomitmen untuk selalu berkontribusi terlebih dahulu terhadap kepentingan masyarakat, negara, dan lingkungan. Setelah itu, baru untuk kepentingan perusahaan. Untuk menjalankan komitmen tersebut, Asian Agri juga terus menggalakkan upaya untuk memperoleh sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Dimana, tahun 2019 Asian Agri telah mencapai 100% sertifikasi ISPO.

Petani swadaya mitra Asian Agri, hingga 2019 telah mendampingi 4 KUD di Riau dan Jambi yang berhasil meraihvsertifikasi RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil) bagi petani swadaya. "100% Petani Plasma mitra Asian Agri mempertahankan RSPO," tegasnya.

Selain itu, Asian Agri mencapai 100% traceability atau ketelusuran. "Kami bekerja sama dengan lembaga independen untuk memutakhirkan sistem ketelusuran," ujar Bernard.

(Baca Juga: Hadapi New Normal, Perkebunan Sawit Perlu Terapkan Digitalisasi)

Di masa pandemi ini, Asian Agri tetap beroperasional. Hanya saja, ada beberapa kebijakan baru yang diterapkan mulai koordinasi dilakukan melalui zoom meeting, remote audit, penggunaan teknologi IT untuk memantau dan melakukan verifikasi data dan laporan. Bahkan, Asian Agri tetap menjajaki pasar baru/potensial untuk produk bersertifikat yang baru. Saat ini ada sertifikat RSPO, ISCC, GMP+ dan ISPO, Khususnya di kawasan Asia.

Bernard mengungkapkan, Asian Agri telah sejak lama menerapkan protocol Covid-19 baik di kantor maupun perkebunan. Menyambut era new normal ini, Asian Agri juga sudah siap dengan berbagai protocol baru yang dilaksanakan dengan ketat. Mulai mewajibkan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan area kerja dan melakukan disinfektan berkala serta menjaga jarak fisik minimal 1 meter.

"Mengadopsi pola kehidupan dan bekerja normal baru, yang mana para pekebun dan karyawan pabrik menerapkan protokol pencegahan Covid-19, memastikan pengelolaan kebun berkelanjutan, tidak terkendala dan mencapai target produksi secara berkelanjutan," tegasnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More