Masuk Tahap Pra Klinis, Bio Farma Antisipasi Kegagalan Vaksin Merah Putih
Senin, 24 Januari 2022 - 21:54 WIB
JAKARTA - PT Bio Farma (Persero) mengantisipasi kemungkinan gagalnya pengembangan vaksin Merah Putih dengan menyiapkan vaksin BUMN sebagai alternatif vaksin yang diproduksi secara mandiri.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, potensi atau resiko kegagalan pengembangan vaksin Merah Putih bisa saja terjadi. Saat ini vaksin Merah Putih akan masuk pada tahap pra klinis setelah prototipe ketiga memenuhi standar industri.
“Pengembangan produk vaksin ini memang beresiko sangat tinggi, bisa saja proses itu sudah kita mulai dan setiap tahapan itu ada resiko kegagalannya,” kata Honesti dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI Senin (24/1/2022).
Dia menyontohkan, pengembang vaksin Covid-19 asal Jerman, cureVec, yang menerima kegagalan setelah hasil uji klinis tahap tiga dinyatakan tidak memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
“Mungkin Bapak, Ibu pernah dengar satu vaksin Covid yang dikembangkan oleh pengembang cureVec namanya di Jerman, mereka itu sudah sampai ke tahap tiga dan pada saat selesai uji tahap tiga dan ternyata mereka tidak memenuhi standar WHO, sehingga mereka mesti memulai dari nol," tuturnya.
Menurut dia, vaksin Merah Putih merupakan produk yang prosesnya membutuhkan waktu lama. Honesti mencatat, persoalan yang pernah terjadi adalah pada seed vaccine (bibit vaksin), di mana dalam dua kali proses seed vaccine yang diterima dari lembaga Eijkman belum memenuhi standar industri sehingga sulit diproduksi.
Perkara seed vaccine tersebut, baik dari aspek kualitas maupun harga vaksin yang dinilai akan menjadi mahal. Bio Farma dan Eijkman pun hingga kini terus melakukan optimalisasi pengembangan seed vaccine sebelum masuk pada tahap uji praklinis.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, potensi atau resiko kegagalan pengembangan vaksin Merah Putih bisa saja terjadi. Saat ini vaksin Merah Putih akan masuk pada tahap pra klinis setelah prototipe ketiga memenuhi standar industri.
“Pengembangan produk vaksin ini memang beresiko sangat tinggi, bisa saja proses itu sudah kita mulai dan setiap tahapan itu ada resiko kegagalannya,” kata Honesti dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI Senin (24/1/2022).
Dia menyontohkan, pengembang vaksin Covid-19 asal Jerman, cureVec, yang menerima kegagalan setelah hasil uji klinis tahap tiga dinyatakan tidak memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
“Mungkin Bapak, Ibu pernah dengar satu vaksin Covid yang dikembangkan oleh pengembang cureVec namanya di Jerman, mereka itu sudah sampai ke tahap tiga dan pada saat selesai uji tahap tiga dan ternyata mereka tidak memenuhi standar WHO, sehingga mereka mesti memulai dari nol," tuturnya.
Menurut dia, vaksin Merah Putih merupakan produk yang prosesnya membutuhkan waktu lama. Honesti mencatat, persoalan yang pernah terjadi adalah pada seed vaccine (bibit vaksin), di mana dalam dua kali proses seed vaccine yang diterima dari lembaga Eijkman belum memenuhi standar industri sehingga sulit diproduksi.
Perkara seed vaccine tersebut, baik dari aspek kualitas maupun harga vaksin yang dinilai akan menjadi mahal. Bio Farma dan Eijkman pun hingga kini terus melakukan optimalisasi pengembangan seed vaccine sebelum masuk pada tahap uji praklinis.
tulis komentar anda