Kena Gembok Lagi, Bagaimana Prospek ADMR? Ini Kata Analis
Selasa, 25 Januari 2022 - 15:27 WIB
Kendati demikian, Riska menilai tren bullish masih terlihat dalam indikator teknikal Moving Average. Ada peluang investor untuk melakukan buy ADMR dalam jangka pendek dengan strategi buy on weakness di area Rp850 - Rp988. "Tapi untuk harga sekarang saya rasa sudah kemahalan," beber Riska. Karenanya, Riska pun meminta investor lebih berhati-hati terhadap tekanan aksi profit taking untuk perdagangannya ke depan.
Menilik fundamental perusahaan, pendapatan Adaro Minerals tercatat menunjukkan peningkatan menjadi USD206,62 juta hingga Agustus 2021, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar USD74,79 juta. Demikian halnya laba tahun berjalan, tumbuh mencapai USD44,99 juta hingga Agustus 2021, dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencatatkan rugi periode berjalan USD18,63 juta. Sementara, total aset perseroan tercatat mencapai USD811 juta, liabilitas USD761,96 juta, dan ekutias mencapai USD49,03 juta.
"Jika berbicara prospek, harga sahamnya ini perlu lebih hati-hati, karena kenaikan yang terus menerus dalam waktu singkat tanpa disertai fundamental bisa rawan profit taking," jelasnya.
Dari sisi prospek usaha, prospektus perusahaan menyebutkan bahwa permintaan batu bara metalurgi berkaitan erat dengan peningkatan permintaan besi baja. Sedangkan permintaan besi baja dipengaruhi atas peningkatan aktivitas perekonomian negara. Dengan kondisi ekonomi global yang terus membaik, perseroan memperkirakan permintaan besi baja akan kembali meningkat.
Permintaan besi baja di tingkat industri yang tinggi akan berimbas terhadap kenaikan permintaan batu bara metalurgi ke depan. Perseroan memperkirakan permintaan impor terbesar masih berasal dari China, India, Vietnam, dan Turki setidaknya dalam 10 tahun mendatang.
Kedepannya, perseroan memprediksi ada peningkatan permintaan batu bara metalurgi dari 331 juta ton pada 2020 menjadi 401 juta ton pada 2040. Adaro Minerals juga menyatakan bahwa ketersediaan batu bara yang dimiliki relatif melimpah, sebanyak 170,7 juta ton cadangan dan 980 juta ton sumber daya.
Menilik fundamental perusahaan, pendapatan Adaro Minerals tercatat menunjukkan peningkatan menjadi USD206,62 juta hingga Agustus 2021, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar USD74,79 juta. Demikian halnya laba tahun berjalan, tumbuh mencapai USD44,99 juta hingga Agustus 2021, dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencatatkan rugi periode berjalan USD18,63 juta. Sementara, total aset perseroan tercatat mencapai USD811 juta, liabilitas USD761,96 juta, dan ekutias mencapai USD49,03 juta.
"Jika berbicara prospek, harga sahamnya ini perlu lebih hati-hati, karena kenaikan yang terus menerus dalam waktu singkat tanpa disertai fundamental bisa rawan profit taking," jelasnya.
Dari sisi prospek usaha, prospektus perusahaan menyebutkan bahwa permintaan batu bara metalurgi berkaitan erat dengan peningkatan permintaan besi baja. Sedangkan permintaan besi baja dipengaruhi atas peningkatan aktivitas perekonomian negara. Dengan kondisi ekonomi global yang terus membaik, perseroan memperkirakan permintaan besi baja akan kembali meningkat.
Permintaan besi baja di tingkat industri yang tinggi akan berimbas terhadap kenaikan permintaan batu bara metalurgi ke depan. Perseroan memperkirakan permintaan impor terbesar masih berasal dari China, India, Vietnam, dan Turki setidaknya dalam 10 tahun mendatang.
Kedepannya, perseroan memprediksi ada peningkatan permintaan batu bara metalurgi dari 331 juta ton pada 2020 menjadi 401 juta ton pada 2040. Adaro Minerals juga menyatakan bahwa ketersediaan batu bara yang dimiliki relatif melimpah, sebanyak 170,7 juta ton cadangan dan 980 juta ton sumber daya.
(fai)
tulis komentar anda