Ketiban Sial, Harta 10 Miliarder Kripto Mendadak Lenyap Rp384 Triliun

Rabu, 26 Januari 2022 - 17:53 WIB
Ilustrasi, miliarder kripto kehilangan harta mendadak akibat gejolak harga. FOTO/iStock Photo
JAKARTA - 10 miliarder kripto kehilangan kekayaan sebesar USD26,9 miliar atau setara Rp384 triliun (kurs Rp14.300 per USD) sejak 10 November 2021. Hal ini terjadi ketika nilai bitcoin dan pasar kripto bergejolak.

Tiga dari sepuluh bernilai 50% lebih rendah dari pada awal November, adapun kerugian yang mengejutkan bahkan untuk sektor cryptocurrency yang terkenal bergejolak. Menurut penyedia data CoinMarketCap, bitcoin sebagai aset digital terbesar berdasarkan nilai pasar, telah jatuh 50% sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa USD68,622 pada 10 November.





Cryptocurrency diperdagangkan pada USD34.326 pada tengah hari Senin – harga yang digunakan Forbes untuk menghitung kepemilikan saat ini. Enam jam kemudian, Bitcoin melambung hingga USD36.000. Cryptocurrency lainnya telah mengikuti.

Ether, aset digital terbesar kedua, juga telah berkurang separuh nilainya sejak November. Saham yang berkorelasi dengan cryptocurrency juga telah jatuh. Sejak puncak Bitcoin, saham pertukaran kripto Coinbase Global telah turun 42%, turun dari USD328 per saham menjadi hanya USD191 pada penutupan pasar pada 24 Januari.

Akibatnya, dua miliarder pendiri Coinbase yaitu CEO Brian Armstrong dan anggota dewan Fred Ehrsam kehilangan lebih dari USD7 miliar kekayaan di antara mereka. MicroStrategy, sebuah perusahaan perangkat lunak yang menginvestasikan lebih dari USD3 miliar ke dalam bitcoin, turun 55% sejak 10 November. Kekayaan investor Bitcoin dan CEO MicroStrategy Michael Saylor telah anjlok 55%.

Beberapa aset digital telah berkinerja baik. Kapitalisasi pasar total semua cryptocurrency hampir USD3 triliun pada 10 November. Jumlah itu adalah USD1,7 triliun pada siang hari waktu timur pada 24 Januari, mewakili penurunan 43% dalam waktu kurang dari tiga bulan.

Sayangnya untuk investor crypto, kekalahan pasar mungkin belum selesai. Banyak analis percaya sektor ini memasuki pasar beruang karena pengetatan bank sentral dan kenaikan imbal hasil obligasi mengurangi selera investor untuk cryptocurrency dan investasi spekulatif lainnya.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More