Sri Mulyani: Utang Indonesia Lebih Terkendali Dibandingkan China
Kamis, 27 Januari 2022 - 20:50 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan defisit fiskal dan utang Indonesia selama pandemi masih terkendali dan produktif untuk menjaga maupun mengembalikan tekanan ekonomi sehingga menjadi lebih baik.
"Kita sudah melihat momentum pemulihan ekonomi sudah cukup baik dan ini yang akan terus kita jaga," ujar Sri dalam Raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis(27/1/2022).
Dia mengatakan bahwa hal ini terbukti dengan posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan level Produk Domestik Bruto (PDB) yang sudah kembali ke kondisi pra pandemi.
Indeks PDB riil Indonesia pada 2021 telah mencapai level 101,1 atau lebih baik dibanding level 100 saat awal pandemi 2019 sedangkan Brasil 100,5, India 98,7, Afrika Selatan 98, Arab Saudi 97,7, Myanmar 96,4, Meksiko 96,3, Thailand 94,4 dan Filipina 94,3.
"Capaian pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh defisit fiskal yang relatif terkendali dibanding negara lain yakni Indonesia sepanjang 2020 sampai 2021 menambah defisit 10,8%," ungkap Sri.
Untuk Myanmar 11,1%, Thailand 11,6%, Filipina 13,4%, Arab Saudi 14,4%, China 18,7%, Afrika Selatan 19,3%, Brasil 19,5%, dan India 24%. "Jadi kita bisa bayangkan konsolidasi fiskal dari negara-negara yang countercyclical-nya lebih dalam akan lebih berat," tambahnya.
Sri mengatakan bahwa defisit yang meningkat tentu akan turut meningkatkan utang namun Indonesia masih tergolong terkendali dibanding beberapa emerging country lainnya.
Dari 2020 ke 2021, utang Indonesia naik 10,8% sedangkan Thailand 17%, Filipina 22%, Afrika Selatan 12%, China 11,8%, Malaysia 13,6%.
"Ini adalah suatu cara untuk melihat apakah policy design yang kita lakukan relatif bekerja secara cukup baik dan efektif untuk menangani COVID-19 dan dampak ke perekonomian," pungkasnya.
"Kita sudah melihat momentum pemulihan ekonomi sudah cukup baik dan ini yang akan terus kita jaga," ujar Sri dalam Raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis(27/1/2022).
Dia mengatakan bahwa hal ini terbukti dengan posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan level Produk Domestik Bruto (PDB) yang sudah kembali ke kondisi pra pandemi.
Indeks PDB riil Indonesia pada 2021 telah mencapai level 101,1 atau lebih baik dibanding level 100 saat awal pandemi 2019 sedangkan Brasil 100,5, India 98,7, Afrika Selatan 98, Arab Saudi 97,7, Myanmar 96,4, Meksiko 96,3, Thailand 94,4 dan Filipina 94,3.
"Capaian pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh defisit fiskal yang relatif terkendali dibanding negara lain yakni Indonesia sepanjang 2020 sampai 2021 menambah defisit 10,8%," ungkap Sri.
Untuk Myanmar 11,1%, Thailand 11,6%, Filipina 13,4%, Arab Saudi 14,4%, China 18,7%, Afrika Selatan 19,3%, Brasil 19,5%, dan India 24%. "Jadi kita bisa bayangkan konsolidasi fiskal dari negara-negara yang countercyclical-nya lebih dalam akan lebih berat," tambahnya.
Sri mengatakan bahwa defisit yang meningkat tentu akan turut meningkatkan utang namun Indonesia masih tergolong terkendali dibanding beberapa emerging country lainnya.
Dari 2020 ke 2021, utang Indonesia naik 10,8% sedangkan Thailand 17%, Filipina 22%, Afrika Selatan 12%, China 11,8%, Malaysia 13,6%.
"Ini adalah suatu cara untuk melihat apakah policy design yang kita lakukan relatif bekerja secara cukup baik dan efektif untuk menangani COVID-19 dan dampak ke perekonomian," pungkasnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda