Minyak Goreng Langka, Ini Penuturan Pedagang yang Bikin Kaget!
Senin, 31 Januari 2022 - 13:30 WIB
JAKARTA - Setelah pemerintah menerapkan kebijakan satu harga Rp14.000 per liter, minyak goreng kini mulai terasa langka, terutama di ritel modern , seperti Indomaret dan Alfamart. Penyebabnya, pihak pusat kedua ritel itu belum mengirimkan pasokan minyak goreng setelah harganya dipatok.
"Pusat belum kirim stok lagi," kata seorang penjaga sebuah ritel modern kepada Advenia Elisabeth dari MNC Portal, beberapa hari lalu.
Menurut pengakuan Cipto, salah seorang pedagang eceran, sejatinya minyak goreng tak langka, atau stoknya ada. Hanya saja para trader (pedagang besar) dan pihak grosir tak mau menjual harga sesuai yang dipatok pemerintah. Pasalnya mereka juga sudah membeli harga minyak goreng dari distributor dengan harga tinggi sebelumnya.
Citpo melanjutkan, sebelum keputusan pemerintah soal minyak goreng satu harga keluar, rata-rata harga minyak goreng kemasan premium ukuran 2 atau 1 liter itu dibeli dari trader Rp210 ribu-Rp220 ribu per karton. Satu karton ukuran 2 liter isi 6 pouch (kemasan) dan ukuran 1 liter isi 12 kemasan.
Dari harga itu, terlihat pedagang besar atau grosir rata-rata membeli minyak antara Rp17.500 hingga Rp18.300. Tiba-tiba pemerintah mengeluarkan kebijakan satu harga Rp14.000 per liter.
Jika harga jual para pedagang besar ke pedagangan grosir dan seterusnya, yang pasti lebih besar dari harga beli mereka, dipatok Rp14.000 atau lebih rendah lagi, tentu saja mereka bisa mengalami kerugian. Kerugiannya bisa mencapai Rp6.000 per liter.
"Tiba-tiba ada keputusan satu harga. Otomatis mereka bisa rugi Rp6.000 untuk 1 liter dan Rp12.000 untuk 2 liter. Ruginya bisa Rp72.000 per karton (dus). Jadinya sebenarnya enggak langka. Cuma pedagang dari tingkat trader (agen besar) sampai pengecer gak mau rugi besar, " kata Cipto kepada SINDOnews, Senin (31/1/2022).
Cipto, yang berjualan di Depok, Jawa Barat, kemudian menuturkan. Dirinya, membeli minyak goreng dari sebuah trader besar di kawasan Jakarta Timur sebanyak 300 hingga 400 karton per minggu. Malahan jika harganya cocok, dia bisa membeli sebanyak 800 karton.
"Pusat belum kirim stok lagi," kata seorang penjaga sebuah ritel modern kepada Advenia Elisabeth dari MNC Portal, beberapa hari lalu.
Menurut pengakuan Cipto, salah seorang pedagang eceran, sejatinya minyak goreng tak langka, atau stoknya ada. Hanya saja para trader (pedagang besar) dan pihak grosir tak mau menjual harga sesuai yang dipatok pemerintah. Pasalnya mereka juga sudah membeli harga minyak goreng dari distributor dengan harga tinggi sebelumnya.
Citpo melanjutkan, sebelum keputusan pemerintah soal minyak goreng satu harga keluar, rata-rata harga minyak goreng kemasan premium ukuran 2 atau 1 liter itu dibeli dari trader Rp210 ribu-Rp220 ribu per karton. Satu karton ukuran 2 liter isi 6 pouch (kemasan) dan ukuran 1 liter isi 12 kemasan.
Dari harga itu, terlihat pedagang besar atau grosir rata-rata membeli minyak antara Rp17.500 hingga Rp18.300. Tiba-tiba pemerintah mengeluarkan kebijakan satu harga Rp14.000 per liter.
Jika harga jual para pedagang besar ke pedagangan grosir dan seterusnya, yang pasti lebih besar dari harga beli mereka, dipatok Rp14.000 atau lebih rendah lagi, tentu saja mereka bisa mengalami kerugian. Kerugiannya bisa mencapai Rp6.000 per liter.
"Tiba-tiba ada keputusan satu harga. Otomatis mereka bisa rugi Rp6.000 untuk 1 liter dan Rp12.000 untuk 2 liter. Ruginya bisa Rp72.000 per karton (dus). Jadinya sebenarnya enggak langka. Cuma pedagang dari tingkat trader (agen besar) sampai pengecer gak mau rugi besar, " kata Cipto kepada SINDOnews, Senin (31/1/2022).
Cipto, yang berjualan di Depok, Jawa Barat, kemudian menuturkan. Dirinya, membeli minyak goreng dari sebuah trader besar di kawasan Jakarta Timur sebanyak 300 hingga 400 karton per minggu. Malahan jika harganya cocok, dia bisa membeli sebanyak 800 karton.
Lihat Juga :
tulis komentar anda