Awali Era Industri Tanaman Hias, Harga Monstera Kini Terjun Bebas
Kamis, 03 Februari 2022 - 13:18 WIB
BOGOR - Bagi yang familiar dengan tanaman Monstera Borsegiana Albo variegata, tentu tidak asing lagi dengan harganya yang fantastis. Setidaknya, harganya bisa mencapai angka puluhan juta rupiah.
Harga tersebut ternyata tidak lagi berlaku di Minaqu Indonesia. Eksportir tanaman hias terbesar Kota Bogor ini justru membanderol Monstera Albo itu dengan harga yang sangat murah. Berbekal uang Rp300 ribu, siapa pun sudah bisa membawa pulang tanaman Monstera variegata berukuran 10 centimeter tersebut.
CEO Minaqu Indonesia, Ade Wardhana Adinata menjelaskan, mereka memperbanyaknya melalui metode kultur jaringan. Oleh karena itu, harga yang dipatok pun bisa jauh lebih murah.
"Kita cuma mau menerapkan fair trade. Berapa sih biaya produksi kami, berapa affordable prices yang bisa kami jual tanaman hias ini. Jangan terlalu mahal seperti apa yang terjadi dewasa ini di Indonesia," jelasnya, Rabu (2/2).
Baginya, harga yang mencapai puluhan hingga ratusan juta itu sudah mengusik batinnya. Apalagi, tujuan Minaqu juga ingin agar tanaman hias menjadi terjangkau bagi semua orang. Perbanyakan dengan cara kultur jaringan mendorong market size yang lebih besar lagi.
Minaqu menyiapkan suplai sekira 1 juta tanaman Monstera albo. Sekira 300 ribu di antaranya telah mendapatkan pemilik, baik di dalam maupun luar negeri. Bahkan, Minaqu juga secara terbuka kepada petani tanaman hias yang ingin menjualnya kembali. Tentu saja, penjualan dengan harga murah namun tetap memberikan keuntungan bagi mereka.
Ia berpendapat, lonjakan harga tanaman hias sangat dipengaruhi oleh supply dan demand yang tidak seimbang. Untuk mengejar demand yang tinggi, mereka mencoba mengejar supply itu. Caranya, memperbanyak supply tanaman hias melalui cara yang tidak konvensional.
"Kualitas kultur jaringan itu tidak akan kalah dengan tanaman yang diproduksi secara konvensional. Karena pada prinsipnya, tanaman kultur jaringan itu kan sama-sama, tapi diperbanyak lagi di dalam laboratorium," jelas Ade.
"Jadi, kualitas dan kesesuaian dengan indukan itu sama, tidak akan berbeda. Dan ini sudah dilakukan di Thailand, Singapura, maupun Vietnam (para eksportir tanaman hias dunia)," sambungnya lagi.
Harga yang sangat bersaing itu pun menjadi langkah awal Minaqu mematok era industri tanaman hias. Ke depannya, tambah Ade, pihaknya bakal memperbanyak tanaman hias Monstera jenis lainnya dengan metode kultur jaringan. Khususnya yang kini memiliki harga-harga fantastis kisaran puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Harga tersebut ternyata tidak lagi berlaku di Minaqu Indonesia. Eksportir tanaman hias terbesar Kota Bogor ini justru membanderol Monstera Albo itu dengan harga yang sangat murah. Berbekal uang Rp300 ribu, siapa pun sudah bisa membawa pulang tanaman Monstera variegata berukuran 10 centimeter tersebut.
CEO Minaqu Indonesia, Ade Wardhana Adinata menjelaskan, mereka memperbanyaknya melalui metode kultur jaringan. Oleh karena itu, harga yang dipatok pun bisa jauh lebih murah.
"Kita cuma mau menerapkan fair trade. Berapa sih biaya produksi kami, berapa affordable prices yang bisa kami jual tanaman hias ini. Jangan terlalu mahal seperti apa yang terjadi dewasa ini di Indonesia," jelasnya, Rabu (2/2).
Baginya, harga yang mencapai puluhan hingga ratusan juta itu sudah mengusik batinnya. Apalagi, tujuan Minaqu juga ingin agar tanaman hias menjadi terjangkau bagi semua orang. Perbanyakan dengan cara kultur jaringan mendorong market size yang lebih besar lagi.
Minaqu menyiapkan suplai sekira 1 juta tanaman Monstera albo. Sekira 300 ribu di antaranya telah mendapatkan pemilik, baik di dalam maupun luar negeri. Bahkan, Minaqu juga secara terbuka kepada petani tanaman hias yang ingin menjualnya kembali. Tentu saja, penjualan dengan harga murah namun tetap memberikan keuntungan bagi mereka.
Ia berpendapat, lonjakan harga tanaman hias sangat dipengaruhi oleh supply dan demand yang tidak seimbang. Untuk mengejar demand yang tinggi, mereka mencoba mengejar supply itu. Caranya, memperbanyak supply tanaman hias melalui cara yang tidak konvensional.
"Kualitas kultur jaringan itu tidak akan kalah dengan tanaman yang diproduksi secara konvensional. Karena pada prinsipnya, tanaman kultur jaringan itu kan sama-sama, tapi diperbanyak lagi di dalam laboratorium," jelas Ade.
"Jadi, kualitas dan kesesuaian dengan indukan itu sama, tidak akan berbeda. Dan ini sudah dilakukan di Thailand, Singapura, maupun Vietnam (para eksportir tanaman hias dunia)," sambungnya lagi.
Harga yang sangat bersaing itu pun menjadi langkah awal Minaqu mematok era industri tanaman hias. Ke depannya, tambah Ade, pihaknya bakal memperbanyak tanaman hias Monstera jenis lainnya dengan metode kultur jaringan. Khususnya yang kini memiliki harga-harga fantastis kisaran puluhan hingga ratusan juta rupiah.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda