Tak Hanya Padi, Kini Bulog Siap Serap Jagung Petani

Kamis, 24 Februari 2022 - 20:57 WIB
Memasuki Februari, lajut Febby, harga jagung kembali naik menjadi Rp5.964 per kg. Penurunan diperkirakan akan terjadi pada Maret mendatang, tapi akan kembali mengalami kenaikan menjelang akhir tahun dan menembus Rp6.116 per kg.

“Jadi harga jagung dimulai dengan kenaikan dan sudah lebih tinggi. Kita lihat harga di tahun ini dan sejak akhir tahun kemarin memang tinggi di atas Rp5.000 per kg,” kata Febby.

(Baca juga:Bulog Tak Masuk Holding BUMN Pangan, Ternyata Ini Alasan Erick Thohir)

Namun demikian Febby mengatakan, proyeksi produksi jagung tahun ini cukup bahkan mencapai surplus, di mana produksi bersih 16.905.539 ton dan kebutuhan perkiraan kebutuhan 14.211.811 ton. “Mungkin ini juga yang menjadi pertanyaan setiap tahun, katanya surplus tapi disimpan di mana? Memang di bulan-bulan tertentu itu ketersediaan jagung defisit,” ujarnya.

Koordinator Perencanaan, Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Indra Rochmadi mengatakan, pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan jagung belum optimal, baru 19%.

“Dukungan produksi tahun 2022 yakni pengembangan jagung hibrida, kemudian budidaya jagung wilayah khusus, pengembangan jagung pangan serta di kawasan sentra produksi pangan/food estate,” jelasnya.

Adapun luas tanam jagung yang harus dicapai tahun 2022, kata Indra adalah sekitar 4,265,068 juta hektare (ha) dengan luas panen 4.117.497 ha dan produksi 23.103.448 ton.

Dean Novel, Direktur PT Datu Nusra Agrobisnis, salah satu koperasi jagung di Nusa Tenggara Barat, mengingatkan pemerintah berkaitan produksi jagung tahun ini yang berpotensi dapat terganggu sebagai dampak dari tingginya harga pupuk baik subsidi dan non subsidi.

Adapula gangguan hama tersebut juga pernah dialami para petani jagung tahun 2019 lalu di mana terdapat serangan hama ulat grayak yang menyebabkan petani jagung mengalami kerugian besar.

Dean mengatakan, ke depan, pengelolaan jagung nasional harus dilakukan dengan teknologi blockchain. Hal itu untuk menjaga kontinuitas produksi jagung karena permintaan akan jagung terjadi sepanjang tahun. “Sebab blockchain harus dibuat agar kita bisa menjawab permintaan yang butuhnya konsisten bukan situasional. Jadi era saat ini sudah bergeser,” ujar dia.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More