Perang Rusia Ukraina Bikin Beban Subsidi BBM, LPG hingga Listrik Membengkak
Selasa, 01 Maret 2022 - 10:07 WIB
JAKARTA - Kenaikan harga minyak dunia turut mempengaruhi Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ). Dimana seiring kenaikan harga komoditas energi, maka bakal membuat beban subsidi yang ditanggung semakin berat apabila pemerintah memutuskan tidak menaikkan harga.
"Beban subsidi, khususnya BBM dan LPG juga meningkat dan bisa melebihi asumsi APBN 2022. Belum lagi biaya kompensasi BBM. Namun yang pasti, Pemerintah terus mengamankan pasokan BBM dan LPG," ungkap Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasa Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, dikutip Senin (1/3/2022).
Pemerintah terus memantau perkembangan harga minyak mentah dunia imbas perangRusia Ukraina. Tercatat, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) per 24 Februari 2022 sudah menyentuh USD95,45 per barel.
Agung mengatakan, untuk harga minyak Brent sendiri sudah lebih dari USD100/barel. Sejak ICP naik di atas USD63/barel (asumsi APBN 2022), pihaknya terus memonitor dan mengantisipasi dampaknya.
Kenaikan ICP menyebabkan harga keekonomian BBM meningkat sehingga menambah beban subsidi BBM dan LPG serta kompensasi BBM dalam APBN. Perhitungannya, setiap kenaikan USD 1 per barel berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar Rp1,47 triliun, subsidi minyak tanah sekitar Rp 49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp 2,65 triliun.
"Sebagaimana diketahui, subsidi BBM dan LPG 3 kg dalam APBN 2022 sebesar Rp77,5 triliun. Subsidi tersebut pada saat ICP sebesar USD 63 per barel," ujarnya.
Selain itu, kenaikan ICP juga memberikan dampak terhadap subsidi dan kompensasi listrik, mengingat masih terdapat penggunaan BBM dalam pembangkit listrik. Setiap kenaikan ICP sebesar USD 1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 295 miliar.
Selain dampak terhadap APBN tersebut, kenaikan harga minyak juga berdampak pada sektor lainnya khususnya transportasi dan industri yang mengkonsumsi BBM non-subsidi. "Tren kenaikan harga minyak dunia, mengerek harga keekonomian BBM," tambahnya.
Sebagai gambaran, kisaran harga BBM non-subsidi di beberapa negara ASEAN, antara lain Singapura Rp.28.500/liter, Thailand Rp.19.300/liter, Laos Rp.19.200/liter, Filipina Rp.18.500/liter, Vietnam Rp. 16.800/liter, Kamboja 16.500/liter, Myanmar Rp.15.300/liter.
"Beban subsidi, khususnya BBM dan LPG juga meningkat dan bisa melebihi asumsi APBN 2022. Belum lagi biaya kompensasi BBM. Namun yang pasti, Pemerintah terus mengamankan pasokan BBM dan LPG," ungkap Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasa Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, dikutip Senin (1/3/2022).
Pemerintah terus memantau perkembangan harga minyak mentah dunia imbas perangRusia Ukraina. Tercatat, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) per 24 Februari 2022 sudah menyentuh USD95,45 per barel.
Agung mengatakan, untuk harga minyak Brent sendiri sudah lebih dari USD100/barel. Sejak ICP naik di atas USD63/barel (asumsi APBN 2022), pihaknya terus memonitor dan mengantisipasi dampaknya.
Kenaikan ICP menyebabkan harga keekonomian BBM meningkat sehingga menambah beban subsidi BBM dan LPG serta kompensasi BBM dalam APBN. Perhitungannya, setiap kenaikan USD 1 per barel berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar Rp1,47 triliun, subsidi minyak tanah sekitar Rp 49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp 2,65 triliun.
"Sebagaimana diketahui, subsidi BBM dan LPG 3 kg dalam APBN 2022 sebesar Rp77,5 triliun. Subsidi tersebut pada saat ICP sebesar USD 63 per barel," ujarnya.
Selain itu, kenaikan ICP juga memberikan dampak terhadap subsidi dan kompensasi listrik, mengingat masih terdapat penggunaan BBM dalam pembangkit listrik. Setiap kenaikan ICP sebesar USD 1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 295 miliar.
Selain dampak terhadap APBN tersebut, kenaikan harga minyak juga berdampak pada sektor lainnya khususnya transportasi dan industri yang mengkonsumsi BBM non-subsidi. "Tren kenaikan harga minyak dunia, mengerek harga keekonomian BBM," tambahnya.
Sebagai gambaran, kisaran harga BBM non-subsidi di beberapa negara ASEAN, antara lain Singapura Rp.28.500/liter, Thailand Rp.19.300/liter, Laos Rp.19.200/liter, Filipina Rp.18.500/liter, Vietnam Rp. 16.800/liter, Kamboja 16.500/liter, Myanmar Rp.15.300/liter.
(akr)
tulis komentar anda