Dorong Kesetaraan Gender, Sri Mulyani Tekankan Negara Harus Hadir
Senin, 07 Maret 2022 - 20:13 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menekankan pentingnya keterlibatan perempuan untuk menempati berbagai posisi penting di dalam organisasi apapun.
Selain membangun nuansa keberagaman, kehadiran perempuan juga menciptakan kinerja lebih positif. Menurut Sri, untuk mencetak pemimpin perempuan yang unggul, harus diperhatikan dari sejak bayi ada dalam kandungan ibu.
"Mulainya dari dalam perut. Ibu-ibu, dan orang tua, yang mengandung harus punya mindset, apapun gendernya tidak boleh berbeda dari sisi treatment," ujarnya dalam diskusi virtual, Senin (7/3/2022).
Hal tersebut, kata dia, akan berdampak pada psikologis anak perempuan. Jika sudah diperlakukan berbeda dengan anak laki-laki, maka dia akan trauma akan diskriminasi, begitu pula sebaliknya.
Jika anak laki-laki terbiasa diperlakukan sama seperti anak perempuan, sambung Sri, dia tidak akan merasa tersinggung ketika melihat anak perempuan lebih berprestasi ketimbang dirinya.
"Kemudian sekolah juga harus diperhatikan. Namun, dalam kondisi ekonomi yang tidak semua sama, ini sering keluarga harus memutuskan siapa yang harus sekolah, dan biasanya yang didahulukan adalah anak laki-laki," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Oleh karena itu, menurut Menkeu, negara harus hadir memberikan fasilitas sekolah yang sama kepada seluruh masyarakat yang terkendala biaya.
Tak cuma itu, negara juga berkewajiban memberikan kepastian agar perempuan dapat mengklaim haknya tanpa dibedakan dengan laki-laki.
"Pemberian maternity leave (cuti hamil, melahirkan dan nifas), lalu konstruksi APBN yang tidak hanya menguntungkan laki-laki, kemudian regulasi pemerintah jangan menjadi barrier untuk hak-hak perempuan," tandasnya.
Selain membangun nuansa keberagaman, kehadiran perempuan juga menciptakan kinerja lebih positif. Menurut Sri, untuk mencetak pemimpin perempuan yang unggul, harus diperhatikan dari sejak bayi ada dalam kandungan ibu.
"Mulainya dari dalam perut. Ibu-ibu, dan orang tua, yang mengandung harus punya mindset, apapun gendernya tidak boleh berbeda dari sisi treatment," ujarnya dalam diskusi virtual, Senin (7/3/2022).
Hal tersebut, kata dia, akan berdampak pada psikologis anak perempuan. Jika sudah diperlakukan berbeda dengan anak laki-laki, maka dia akan trauma akan diskriminasi, begitu pula sebaliknya.
Jika anak laki-laki terbiasa diperlakukan sama seperti anak perempuan, sambung Sri, dia tidak akan merasa tersinggung ketika melihat anak perempuan lebih berprestasi ketimbang dirinya.
"Kemudian sekolah juga harus diperhatikan. Namun, dalam kondisi ekonomi yang tidak semua sama, ini sering keluarga harus memutuskan siapa yang harus sekolah, dan biasanya yang didahulukan adalah anak laki-laki," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.
Oleh karena itu, menurut Menkeu, negara harus hadir memberikan fasilitas sekolah yang sama kepada seluruh masyarakat yang terkendala biaya.
Tak cuma itu, negara juga berkewajiban memberikan kepastian agar perempuan dapat mengklaim haknya tanpa dibedakan dengan laki-laki.
"Pemberian maternity leave (cuti hamil, melahirkan dan nifas), lalu konstruksi APBN yang tidak hanya menguntungkan laki-laki, kemudian regulasi pemerintah jangan menjadi barrier untuk hak-hak perempuan," tandasnya.
(ind)
tulis komentar anda