Mudik Dilarang, Pendapatan Maskapai Diperkirakan Anjlok 90%
Jum'at, 24 April 2020 - 10:52 WIB
JAKARTA - Pendapatan industri maskapai nasional diprediksi bakal anjlok pada periode April-Mei 2020 seiring dengan larangan terbang yang diumumkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) hingga 1 Juni 2020, terkait kebijakan larangan mudik Lebaran tahun ini.
Pengamat penerbangan Alvin Lie memproyeksikan maskapai akan mengalami penurunan pendapatan lebih dari 90% selama periode tersebut.
"Ini semua maskapai bakal anjlok pendapatannya, karena tidak ada yang bisa dilakukan lagi dalam menekan kerugian maskapai karena larangan mudik. Jadi penumpang hanya bisa 6% yang diangkut, jadi anjloknya pendapatan bisa 90%. Ini semua maskapai terimbas," ujar Alvin Lie saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (24/4/2020).
Dia mengungkapkan, saat ini maskapai hanya mengoperasikan sekitar 20-30% dari rute normalnya ditambah dengan aturan physical distancing. Dalam kondisi itu saja jumlah penumpang juga anjlok hanya sekitar 20% dari kapasitas. "Kalau yang dioperasikan hanya 30% kemudian penumpangnya hanya 20%, jadi bisnis penumpang tinggal 6%. Drop-nya saja sudah 94% ," katanya.
Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto mengakui adanya kerugian karena tidak akan ada operasional penerbangan selama lima pekan dan tidak menutup kemungkinan larangan itu bisa diperpanjang. "Ya kerugian ini enggak bisa dicegah, karena ini demi kesehatan yang lainnya," pungkasnya.
Pengamat penerbangan Alvin Lie memproyeksikan maskapai akan mengalami penurunan pendapatan lebih dari 90% selama periode tersebut.
"Ini semua maskapai bakal anjlok pendapatannya, karena tidak ada yang bisa dilakukan lagi dalam menekan kerugian maskapai karena larangan mudik. Jadi penumpang hanya bisa 6% yang diangkut, jadi anjloknya pendapatan bisa 90%. Ini semua maskapai terimbas," ujar Alvin Lie saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (24/4/2020).
Dia mengungkapkan, saat ini maskapai hanya mengoperasikan sekitar 20-30% dari rute normalnya ditambah dengan aturan physical distancing. Dalam kondisi itu saja jumlah penumpang juga anjlok hanya sekitar 20% dari kapasitas. "Kalau yang dioperasikan hanya 30% kemudian penumpangnya hanya 20%, jadi bisnis penumpang tinggal 6%. Drop-nya saja sudah 94% ," katanya.
Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto mengakui adanya kerugian karena tidak akan ada operasional penerbangan selama lima pekan dan tidak menutup kemungkinan larangan itu bisa diperpanjang. "Ya kerugian ini enggak bisa dicegah, karena ini demi kesehatan yang lainnya," pungkasnya.
(fai)
tulis komentar anda